Thursday, 17 June 2010

Persembahan

Maaf bila blog saya belum bisa sesuai harapan karena akses internet yang masih terhambat (SMART saya rusak), sehingga postingan-postingannya saya maksimalkan pada hari ini di perpustakaan.
Terima Kasih untuk Bapak Judhie selaku dosen pengampu mata kuliah ONLINE PR, saya harap blog saya ini dapat bermanfaat bagi publik secara umun dan bagi nilai akhir semester 4 saya secara khusus.

Kampanye PR Online “Padi CSR Sampoerna”

Kampanye PR Online “Padi CSR Sampoerna”

Sebagai perusahaan tembakau terbesar di Indonesia, PT Handjaja Mandala Sampoerna Tbk. menjalankan program tanggung jawab perusahaannya kepada petani Indonesia di Karawang melalui program System of Rice Intensification (SRI). Hasil panen padi perdana budidaya metode "System of Rice Intensification" sebagai bentuk tanggung jawab sosial perusahaan yang dilakukan PT HM Samporna Tbk. di Desa Sukaluyu, Kecamatan Telukjambe Timur, Kabupaten Karawang, Jawa Barat, akan diserahkan seluruhnya kepada para petani setempat. Konsultan pengembangan metode System of Rice Intensification untuk PT HM Sampoerna Tbk Jumito di Karawang, mengatakan perusahaan itu tidak akan mengambil sedikitpun dari hasil panen tersebut karena kegiatan itu memang bagian dari tanggung jawab sosial perusahaan (CSR/Corporate Social Responsibility). Mereka hanya bertugas mendampingi dan melakukan pembinaan kepada para petani. Pendampingan itu dilakukan sesuai dengan program CSR dalam sektor pertanian yang telah dilakukan.
Direktur Komunikasi PT HM Sampoerna Niken Rachmad mengatakan, dalam upaya memberi kontribusi positif kepada para petani Karawang, pihaknya melakukan program CSR sektor pertanian karena Karawang merupakan salah satu daerah lumbung padi. Sudah sepantasnya perusahaan tanggap terhadap permasalahan yang dihadapi masyarakat. Menjaga kelestarian sebagai daerah lumbung padi menjadi prioritas perusahaan dalam program CSR.
Dalam memberikan kontribusi positif, program CSR Sampoerna melakukan pengembangan budidaya padi dengan metode SRI di Karawang. Metode ini dinilai bisa menjawab tantangan yang dihadapi para petani Karawang. Dengan melakukan metode SRI, para petani bisa menghemat air dan menghemat biaya produksi.
Pada musim tanam pertama 2010, tepatnya pada periode Januari-April, lahan pertanian yang menerapkan metode SRI di Desa Puseurjaya, Kecamatan Telukjambe Timur, Karawang, meningkat hasil panennya hingga 35.9 persen atau mencapai 9,48 ton per hektare. Bila panen padi yang tidak menggunakan metode SRI, rata-rata hanya mencapai 6,24 ton per hektare.
Program CSR dalam sektor pertanian yang dilakukan PT HM Sampoerna akan terus berlanjut hingga hari-hari mendatang karena hal itu cukup membantu agar petani Karawang mau menggunakan metode SRI yang jelas-jelas dapat lebih menyejahterakan mereka. Selain itu, program CSR memang sudah seherasunya dijalankan secara berkelanjutan demi kemaslahatan perusahaan.
SRI hanyalah sebagian kecil dari program-porgam yang telah dijalan kan Sampoerna sebagai perusahaan yang besar dan merupakan salah satu cara yang cukup baik untuk meningkatkan citra dan reputasi perusahaan dalam skala kecil.

Krisis Global dan Berkembangnya Online Public Relations

Public relations (PR) sekarang ini menjadi sebuah profesi yang fenomenal di dunia global. Namun, meskipun di Indonesia peran seorang PR belum terlalu booming, sudah mulai banyak orang mengenal bahwa PR adalah sebuah profesi yang bergengsi, memiliki integritas yang tinggi, dapat memberikan pengaruh yang positif maupun negatif kepada masyarakat. Sementara di dalam negeri pada awal tahun 2009, PR menjadi suatu profesi yang paling diandalkan baik oleh organisasi maupun perusahaan yang sedang mengalami krisis. PR selalu berperan mulai dari kasus lumpur Lapindo, Omni International hospital, Garuda Indonesia, Aqua, dan masih ada kasus lainnya.
Hal-hal di atas adalah beberapa peran dari PR yang sudah dikenal oleh public melalui media. Karena PR pada saat ini sudah menggunakan social media sebagai sarana publikasi apa yang pernah dijalankan oleh PR. Pada dasarnya PR memang dapat melakukan publikasi tanpa menunggu media yang memberitakan, karena itu sekarang PR bisa langsung melakukan pemberitahuan kepada masyarakat untuk memberitahukan apa yang pernah dikerjakannya tanpa menunggu para wartawan mengangkatnya menjadi berita. Tetapi tidak bisa disalahkan juga jika PR ingin menaruh harapan kepada media untuk memublikasikan program-program yang sudah dikerjakan. Seperti yang diketahui bahwa third party endorsement lebih dipercaya public daripada perusahaan itu sendiri yang melakukan pemberitaan mengenai dirinya, seperti melalui iklan ataupun advertorial.
Salah satu faktor yang mempengaruhi meningkatnya peran PR secara besar-besaran adalah krisis global. Krisis yang dialami oleh Amerika Serikat beberapa waktu lalu ternyata memiliki dampak yang sangat luas, tidak hanya bagi perekonomian beberapa negara, tetapi juga bagi perkembangan profesi PR dan web 2.0. Krisis tersebut tentu saja memberikan dampak negatif bagi kelangsungan perusahaan media cetak. Namun, dalam kenyataannya, krisis ekonomi bukanlah satu-satunya penyebab perusahaan media cetak gulung tikar. Berkembangnya web 2.0 dan pemanfaatannya untuk PR merupakan faktor yang krusial.
Web 2.0 merupakan online media yang kini banyak dimanfaatkan sebagai pengganti media cetak. Hal ini merupakan salah satu solusi dalam mengatasi masalah krisis ekonomi, yaitu untuk menekan biaya produksi. Online PR maupun online journalism memberikan beberapa kelebihan atau keuntungan yang tidak diberikan media cetak, antara lain :
1. Biaya produksi dan maintenance yang relative lebih murah.
2. Kecepatan dalam penyajian informasi.
3. Tingkat interaktif komunikasi yang jauh lebih tinggi daripada media cetak.
4. Jangkauan audience yang lebih luas, melewati batas ruang dan waktu (interkoneksitas).
5. Penyebaran informasi yang lebih cepat dan massive.
Oleh karena itu, peran media cetak mulai tergantikan oleh media online. Apalagi PR zaman ini yang sudah tidak terlalu bergantung pada publikasi di media yang berbayar. Namun, dibalik seluruh kelebihannya itu, media online juga memiliki kelemahan, seperti kurang akurat dan komprehensifnya sebuah informasi karena deadline yang sempit. Tatpi tetap saja seorang PR tidak boleh sembarangan menggunakan media online untuk mempublikasikan program-programnya, mereka harus tetap bisa menjaga kredibilitasnya agar public bisa percaya dan tidak apatis seperti sikap mereka saat ini terhadap iklan.
Social media yang menggunakan web 2.0 sudah tak jarang lagi ditemukan, seperti facebook, twitter, Wikipedia, blog, GoogleBUZZ, KasKus, dan sebagainya. Hal ini memberikan kemudahan bagi pengguna media online untuk berkomunikasi dan berinteraksi, baik dengan sesama maupun dengan perusahaan yang menggunakan web tersebut. Dalam istilah komunikasi, ini disebut “transaksional”, dimana komunikator bisa bertindak sebagai komunikan dan dalam waktu yang bersamaan komunikan juga bisa bertindak sebagai komunikator. Sehingga timbal balik bisa berlangsung secaral langsung dan cepat.
Kebebasan dalam berinteraksi yang melewati batas ruang ini kerap kali memberikan dampak yang kurang baik, seperti isu-isu negatif tentang suatu organisasi atau perusahaan. Oleh karena itu, diperlukan online monitoring untuk meng-counter ataupun mengklarifikasi isu-isu tersebut dan dijadikan sebagai suatu peluang untuk membangun citra dan reputasi yang lebih baik lagi bagi perusahaan. Online PR tidak hanya meng-counter isu-isu tersebut, tetapi juga dapat berfungsi untuk menjalin hubungan dengan para pengguna media online (customer). Online PR disini tidak hanya difungsikan di saat krisis, tetapi juga untuk memelihara hubungan baik dengan para pengguna media online yang akhirnya akan meningkatkan citra dan reputasi perusahaan atau organisasi.
Arus informasi yang berkembang cepat menuntut perusahaan atau organiasasi untuk ikut bergerak secara cepat juga. Hal ini diwujudkan dengan menggunakan online PR yang melakukan online monitoring. Secara online, perusahaan atau organisasi dapat memberikan secara cepat dan terpercaya tanggapan mengenai isu-isu yang beredar di kalangan masyarakat mengenai perusahaan tersebut.
Kecepatan dalam pemberian informasi ini berkaitan dengan kebutuhan masyarakat akan informasi yang semakin meningkat seiring berkembangnya media online, salah satunya adalah web 2.0. Seperti yang diungkapkan oleh McLuhan, perkembangan tekhnologi menyebabkan terbentuknya global village. Global village adalah fenomena dimana dunia menjadi terhubung satu dengan yang lainnya karena informasi dapat diakses melampaui batas ruang dan waktu seakan-akan dunia ini sempit (desa). Sebagai contoh, penyerang Israel terhadap bala bantuan dunia melalui misi kemanusiaan Freedom Frotilla yang terjadi di laut tengah dapat diketahui oleh dunia hanya dalam hitungan menit saja. Dan seketika itu juga kecaman masyarakat dunia terhadap Israel berdatangan, baik melalui media massa maupun social media. Terutama di twitter yang menjadikan #freedomfrotilla sebagai trending topics saat itu. Contoh terkini adalah diriliisnya iPhone4 yang telah berhari-hari menjadi trending topics di twitter merupakan salah satu keberhasilan PR dari Apple Corp. yang memanfaatkan efek domino twitter yang masif secara positif.
Dari kasus-kasus diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa peran Public Relations dalam membangun komunkasi yang positif dengan publiknya tak lepas dari perkembangan dan konvergensi media yang berlangsung sangat cepat sekarang ini. Kebutuhan komunikasi masyarakat luas maupun publik secara khusus yang bersentuhan langsung dengan perusahaan pun sudah sangat saling ketergantungan. Kini perkembangan perusahaan sudah tidak lagi hanya ditentukan oleh seberapa besar penjualan yang berhasil mereka lakukan dan seberapa besar profit yang bisa mereka dapatkan, tetapi juga ditentukan seberapa baik citra dan reputasi perusahaan tersebut di mata publik. Sementara kebutuhan komunikasi public saat ini adalah web, web, dan web. Sehingga seorang praktisi PR dari sebuah perusahaan baik yang kecil maupun yang raksasa tidak bisa sedikitpun mengabaikan peran web bagi perusahaan.

Cybercommunity pada Jejaring Sosial “Twitter”

Cybercommunity pada Jejaring Sosial “Twitter”

Masyarakat adalah kelompok-kelompok orang yang menempati sebuah wilayah (territorial) tertentu, yang hidup secara relatif lama, saling berkomunikasi, memiliki symbol-simbol dan aturan tertentu serta sistem hokum yang mengontrol tindakan anggota masyarakat, memiliki sistem stratifikasi, sadar sebagai bagian dari anggota masyarkat sersebut secara relatif dapat menghidupi dirinya sendiri. Ketika penemuan teknologi informasi seprtiyang dijelaskan di atas berkembang dalam skala missal, maka teknologi itu telah mengubah bentuk masyarakat manusia, dari masyarakat dunia local, menjadi masyarakat dunia global, sebuah dunia yang sangat transparan terhadap perkembangan informasi, transportasi, serta teknologi yang begitu cepat den begitu besar memengaruhi peradaban umat manusia, sehingga dunia juga dijuluki sebagai the big village, yaitu sebuah desa yang besar di masyarakatnya saling kenal dan saling menyapa satu dengan yang lainnya.
Perkembangan teknologi informasi juga tak saja mampu menciptakan masyarakat dunia global, namun secara materi mampu mengembangkan ruang gerak kehidupan baru bagi masyarakat, sehingga tanpa disadari, komunitas manusia telah hidup dalam dua kehidupan, yaitu kehidupan masyarakat nyata dan kehidupan masyarakat maya (cybercommunity).
Pada awalnya masyarakat maya adalah sebuah fantasi manusia tentang dunia lain yang lebih maju dari dunia saat ini. Fantasi tersebut adalah sebuah hiper-realitas manusia tentang nilai, citra, dan makna kehidupan manusia sebagai lambing dari pembebasan manusia terhadap kekuasaan materi dan alam semesta. Namun ketika teknologi manusia mampu mengungkapkan misteri pengtahuan itu, maka manusia mampu mwnciptakan ruang kehidupan baru bagi manusia di dalam dunia hiper-realitas itu.
Proses bagaimana masyarakat biasa berubah menjadi cybercommunity tak terlepas dari peran internet yang menghubungan seluruh penjuru dunia. Salah satu yang sangat berpengaruh saat ini adalah peran social media. Dan yang paling pesat perkembangannya adalah Facebook dan Twitter. Dalam kasus ini saya mengambil Twitter sebagai model.
Twitter adalah salah satu social media yang paling realtime saat ini karena arus informasi yang dapat diakses oleh user sangat cepat, ditambah lagi fitur trending topics yang dapat mengetahui informasi apa yang sedang menjadi trend dunia. Di twitter, sebagai microblog pribadi, kita dapat meng-update status, apapun itu yang ingin kita tulis dan bagi ke khalayak yang menjadi teman-teman kita. Di situ kita juga dapat mem¬-follow¬ akun-akun favorit yang dirasa perlu kita ketahui update-nya. Misalanya artis-artis kesayangan, maupun akun berita ayng bisa menambah informasi.
Dibandingkan dengan facebook, sebagai social media terbesar, twitter belum ada apa-apanya. Meskipun dengan perkembangan yang sangat pesat, diyakini twitter akan mampu menyaingi user facebook dalam waktu dekat. Hal ini disebabkan karena pengguna facebook sudah mulai bosan, ditambah lagi maraknya perpindahan trend user dari facebook ke twitter. Sebagai microblog, twitter tentunya juga bersaing dengan blog-blog konvensional seperti Blogspot ataupun Wordpress. Namun begitu, twitter tentunya tetap menjadi pilihan karena sangat mobile dan banyak sekali user-nya.


Perbedaan Twitter dan Facebook


Perbedaan antara twitter dan facebook terletak pada kompleksitas dan simplisitas. Layanan facebook hadir dengan berbagai macam fitur yang bisa dibilang komplit. Semua ada di facebook, mulai dari sekadar update status, berbagi link, berbagi gambar, berbagi video, berkirim pesan, blogging (note), chatting. Tidak hanya fitur itu yang di sajikan oleh facebook , media ini juga menyediakan fitur undangan (invitation), cause, quiz, grup, dan sebagainya. Facebook seolah-olah menawarkan konsep ’one-stop-visit’ kalau orang sering belanja maka di kenal dengan ’one-stop-shopping’. Sebaliknya, twitter justru menawarkan kesederhanaan. Bisa dibilang, twitter tidaklah lebih dari sekadar update status tetapi sekarang mulai ditambahi beberapa fitur pendukung. Bahkan, status yang kita tulis pun dibatasi hanya sampai 140 karakter saja maka dari itu twitter dikategorikan dalam microblogging. Namun konon, loading status pada twitter lebih kilat alias lebih cepat dan dijamin langsung tayang dibandingkan facebook. Dan ternyata, justru karena kesederhanaannya ini, twitter seringkali lebih digemari daripada facebook.
Pada layanan twitter yang membedakan dengan facebook adalah fitur ’following’ dan ‘follower’. Following artinya teman-teman yang kita ikuti, sedangkan follower artinya teman-teman yang mengikuti kita. Sementara di Facebook, semua teman kita punya sebutan yang sama, ’friend’. Dilihat dari keamanannya menurut berita yang beredar twitter lebih mudah dibobol oleh para hacker atau lebih tepatnya cracker daripada facebook. Ambil saja contoh kasus bobolnya akun twitter Barack Obama, Britney Spears, dan para pesohor lainnya di tangan para cracker.
Dari sisi bagaimana keduanya bisa diakses, yang menarik dari twitter adalah pengguna bisa meng-update statusnya dari segala jenis ponsel (yang jadul sekalipun) melalui layanan pesan pendek alias sms. Mekanismenya, sms dikirimkan ke twitter, kemudian twitter seketika itu juga akan menayangkan status baru tersebut ke halaman akun twitter sang pengguna. Namun kini, twitter dan facebook barangkali tidak perlu dipertentangkan satu sama lain, meski keduanya tetap bersaing satu sama lain. Kita bisa saja memiliki akun di dua situs tersebut sekaligus, namun cukup menulis update status kita sekali saja di twitter, dan seketika itu juga status yang sama akan muncul di halaman facebook Anda. Caranya, kita hanya perlu mengintegrasikan alias menghubungkan akun twitter kita ke akun facebook kita. Sebaliknya juga bisa, kita cukup menulis update status kita sekali saja di facebook, dan seketika itu juga status yang sama akan muncul di halaman twitter kita. Caranya, hubungkan akun facebook kita ke akun twitter kita.


Komunitas di Twitter

Komunitas maya memiliki kehidupan kelompokyang rumit. Umumnya kelompok social ini dibangun berdasarkan pada hubungan-hubungan sekunder, sehingga pengelompokkan mereka didasarkan pada kegemaran dan kebutuhan anggota masyarakat terhadap kelompok tersebut. pada dasarnya ada dua model keanggotaan kelompok social maya, yaitu kelompok intra dan kelompok inter. Kelompok intra adalah keanggotaan seseorang dalam unit-unit kelompok intra yang berpusat pada server tertentu yang sifatnya menyerupai serumpun anggota dalam suatu institusi tertentu. Selain sifat kelompok social dalam masyarakat maya menonjol dalam cirri sekunder, dengan dua ciri yaitu free dan members, maka kelompok tersebut juga memiliki sifat crowd, yaitu bekerumun dalam jaringan tertentu, ngobrol (chatting), berkenalan dan kemudian pergi. Yang paling penting dan menjadi ciri khas dari sifat keanggotaan dalam masyarakat maya adalah eksistensi mereka di dalam kelompok atau jaringan tersebut. Bahwa kehadiran setiap anggota dalam sebuah kelompok jaringan diperhitungkan berdasarkan pada seberapa besar anggota itu menggunakan ruang dalam space yang disediakan oleh host.
Dalam komunitas di twitter, pengguna tidak harus secara resmi bergabung ke dalam organisasi secara formal. Dengan mem-follow orang yang ingin kita ikuti update-an statusnya. Setelah itu, dia akan mem-follow back akun kita. Barulah komunikasi interaktif dengan feedback kilat secara tekstual bisa kita lakukan. Kita akan merasakan bagaimana menjadi anggota masyarakat di dunia maya ketika kita begitu aktif dan intens mengikuti perkembangan informasi yang terjadi di jejaring sosial yang kita gunakan. Pada saat yang bersamaan, kita juga ikut masuk ke dalam crowd yang terjadi di dunia cyber sebagai anggota masyarakatnya.

Advertorial CSR UMN

Merintis Hubungan Komunitas
Membangun hubungan yang kuat dengan lingkungan sekitar sebagai bagian yang bertolak belakang tidaklah mudah, namun Civitas Akademika UMN mencoba mewujudkan keharmonisan melalui program Community Relations berskala kecil yang diadakan pada 5 Juni 2010 dengan melibatkan Siswa SDN Cihuni II.
Universitas Multimedia Nusantara merupakan Universitas yang baru satu tahun berdiri di lingkungan Scientia Garden, Summarecon Serpong, Tangerang. Sebelum universitas ini berdiri, tanah yang menjadi lahan dari UMN adalah tanah kosong di sebuah perkampungan yang belum dikenal oleh masyarakat luas.
Universitas yang masih merupakan kepanjangan dari perusahaan media cetak terbesar Kompas Gramedia ini terletak di Jalan Boulevard Gading Serpong, Tangerang. Kampus yang memiliki luas 8 hektar ini sudah menjadi sebuah ikon di Indonesia sebagai salah satu lembaga pendidikan yang berlandaskan pada sistem ICT (Information and Communication Technology) sebagai basisnya. Kampus yang futuristik dan modern merupakan salah satu syarat mutlak agar semua fasilitas yang menunjang sistem pembelajaran mahasiswa berbasis ICT terpenuhi.

Dimulai dari yang Kecil
Oleh karena itu, UMN peduli bukan hanya kepada civitas akademikanya tapi juga terhadap lingkungan sekitar. Dengan visi UMN menjadi perguruan tinggi unggulan tingkat nasional dan internasional yang berfokus pada bidang ICT, menghasilkan lulusan berkompetensi tinggi di bidangnya, disertai dengan jiwa technopreneur dan berbudi pekerti luhur. Visi ini dijalankan dengan misi yang salah satunya adalah community relations. Program peduli ini menjadi sebuah ikon yang dijadikan peluang oleh para mahasiswa Fakultas Ilmu komunikasi khususnya Public Relations UMN agar mendapatkan dukungan dari lingkungan sekitar. Karena tanpa adanya faktor eksternal, tidak mungkin sebuah organisasi bisa berkembang dan bertumbuh menjadi sebuah organisasi yang terpandang oleh publik/masyarakat.
“Saya sangat senang dapat ikut berpartisipasi dalam acara community relations ini,” tutur Albert sebagai Master of Ceremony dalam acara Community Relations yang dijalankan oleh Universitas Multimedia Nusantara. Ia mengaku sangat senang mengikuti acara ini dan sangat antusias. Karena program yang dapat mengangkat nama baik kampus ini merupakan program yang sangat bermanfaat bagi masyarakat sekitar agar dapat saling mengenal lebih dekat lagi.

Dedikasi untuk Komunitas
Banyak tanggapan yang positif dari berbagai pihak bahwa UMN sadar akan lingkungan sekitarnya dan sudah mau menjalankan salah satu tanggung jawab sosial perusahaannya untuk mendekatkan diri dengan masyarakat yang bermukim di area sekitar kampus tersebut, karena UMN merupakan organisasi besar yang berada di tengah-tengah lingkungan masyarakat yang kurang mampu. Siswa-siswi juga dapat “merasakan” fasilitas kampus dan institusi pendidikan yang layak. Dengan adanya Community Relations ini juga, sekolah dasar yang berada sangat dekat – sebatas penyebrangan jalan – dengan universitas dapat mengenal beberapa mahasiswa yang turut mengambil bagian dalam acara ini, sehingga dapat mengghilangkan gap antara mahasiswa dengan masyarakat sekitar kampus yang notabene sangat bertolak belakang taraf kehidupannya.
“Ada beberapa anak murid yang saya perhatikan bahwa mereka suka melihat Universitas Multimedia Nusantara dari kejauhan sampai terpana. Mungkin dikarenakan mereka berada sangat dekat dengan universitas tetapi mereka tidak bisa melihat dan merasakan atau bahkan terlibat dengan apa yang ada di dalam sana. Tetapi UMN sudah menjalankan ini semua. Kami cukup berterima kasih atas inisiatif rekan-rekan yang telah mendekatkan diri dengan kami semua disini,” ungkap salah satu guru SDN Cihuni II yang juga berprofesi sebagai pedagang makanan di depan kampus.
Community Relations, merupakan salah satu cara terbaik untuk dapat “menyentuh” komunitas di sekitar organisasi yang sangat efektif agar komunikasi antara masyarakat dengan organisasi berjalan dengan baik. UMN telah mampu merintis program tersebut secara sederhana di tahun pertamanya dan akan terus menjalankan program yang sangat bermanfaat bagi kedua belah pihak secara berkelanjutan. Hal ini tentunya sejalan visi Universitas Multimedia Nusantara untuk mencetak para lulusannya yang disertai jiwa berbudi pekerti luhur.

Critical Review Produksi Advertorial

Critical Review Take Home Test PR Writing: UMN Advertorial

Sebagai seorang pemula dalam proses pembuatan advertorial di media massa, kami (Fakhriy, Didit, Albert, Yodie) akhirnya mampu menyelesaikan Take Home Test Mata Kuliah Penulisan Media Public Relations pada 9 Juni 2010 setelah melalui proses yang cukup panjang di base camp kami, Rumah Didit.
Tangerang, 9 Juni 2010 – dini hari. Kami memulai proyek take home test mulai dari nol pada Senin, 7 Juni 2010 di rumah pentolan kami, Didit. Awalnya kami bingung seperti apakah advertorial itu. Namun, setelah kami berkonsultasi dengan dosen pembimbing kami yang baik hati sudah mau memberikan take home test yang sangat menantang ini , Ambang Priyonggo, akhirnya kami mengerti apa yang harus kami kerjakan. Kami memulainya dari melihat contoh Koran yang ada di perpustakaan kampus.
Proyek pengerjaan take home test pun dimulai. Saya, Fakhriy Dinansyah, mulai mengumpulkan beberapa halaman koran yang layoutnya ekuivalen dengan brief yang Pak Ambang berikan kepada kami. Setelah dirasa cukup, kami mulai membuat layout kasarnya di laptop menggunakan software Adobe Illustrator yang dilakukan bersama-sama dengan designer Albert yang memiliki kemampuan design paling “mendingan” dan dibantu oleh kami sebagai penasihat. Seharusnya untuk mengerjakan proyek ini akan lebih mudah menggunakan software Adobe InDesign, tapi lagi-lagi karena keterbatasan alat dan sumber daya, kami memaksimalkan apa yang ada saja. Sementara itu, pada waktu yang hampir bersamaan kami berempat mulai menulis teks yang akan dimasukkan ke dalam advertorial. Setelah teks selesai, saya sebagai editor melakukan spelling check dan finishing bila ada yang kurang.
Advertorial pun selesai pada hari ke dua. Pada malam harinya file sudah siap cetak. Untuk itu, kami membawanya ke printpress stelah makan malam. Di luar dugaan, setelah melihat hasil print, ada satu kesalahan fatal. Kami lupa membuat keterangan foto. Padahal kami sudah memikirkannya dan sempat memberikan space untuk itu. Namun kami memutuskan untuk memperbaiki kekurangan tersebut.
Pada hari itu juga, kami merombak apa yang kami rasa belum puas. Saya membuat keterangan foto dan kembali melakukan spelling check serta membantu teman-teman yang lain untuk menata layout yang kami anggap lebih baik. Setelah semua satu suara, “Bagus!,” kami sepakat untuk mencetak ulang hari ini juga. Semoga gak ada lagi kekurangan. Practice makes Perfect.

Hambatan Budaya di kampung Betawi

Hambatan Budaya di kampung Betawi

Komunikasi antar budaya adalah komunikasi yang terjadi di antara orang-orang yang memiliki kebudayaan yang berbeda (bisa beda ras, etnik, atau sosioekonomi, atau gabungan dari semua perbedaan ini. Kebudayaan adalah cara hidup yang berkembang dan dianut oleh sekelompok orang serta berlangsung dari generasi ke generasi (Tubbs, Moss:1996).
Definisi yang pertama dikemukakan didalam buku “Intercultural Communication: A Reader” dimana dinyatakan bahwa komunikasi antar budaya (intercultural communication) terjadi apabila sebuah pesan (message) yang harus dimengerti dihasilkan oleh anggota dari budaya tertentu untuk konsumsi anggota dari budaya yang lain (Samovar & Porter, 1994, p. 19).
Definisi lain diberikan oleh Liliweri bahwa proses komunikasi antar budaya merupakan interaksi antarpribadi dan komunikasi antarpribadi yang dilakukan oleh beberapa orang yang memiliki latar belakang kebudayaan yang berbeda (2003, p. 13).
Perbedaan kultur di tengah masyarakat seringkali menyebabkan konflik dan bermuara kekerasan, mengingat adanya perbedaan itu justru bisa menumbuhkan adanya prasangka, persepsi dan stereotype . Sebagaimana juga di Indonesia dimana ada banyak suku bangsa dan etnis yang berbeda seringkali menyebabkan terjadinya konflik, baik konflik budaya atau konflik fisik yang seringkali menimbulkan . Konflik merupakan ekspresi pertikaian antara individu dengan individu lain, kelompok dengan kelompok lain karena beberapa alasan. Dalam pandangan ini, pertikaian menunjukkan adanya perbedaan antara dua atau lebih individu yang diekspresikan, diingat, dan dialami (Pace & Faules, 1994:249).
Konflik antarbudaya ataupun multidimensional yang sering muncul dan mencuat dalam berbagai kejadian yang memprihatinkan dewasa ini bukanlah konflik yang muncul begitu saja.Akan tetapi, merupakan akumulasi dari ketimpangan–ketimpangan dalam menempatkan hak dan kewajiban yang cenderung tidak terpenuhi dengan baik.
Dalam paper ini saya akan membahas tentang hambatan budaya dan bagaimana mengatasinya di kawasan Kampung Betawi di kawasan Situ Babakan di Srengseng Sawah yang merupakan wilayah yang sangat menunjang perkembangan budaya Betawi.
Budaya Jakarta merupakan budaya mestizo, atau sebuah campuran budaya dari beragam etnis. Sejak zaman Belanda, Jakarta merupakan ibu kota Indonesia yang menarik pendatang dari seluruh Nusantara. Suku-suku yang mendiami Jakarta antara lain, Jawa, Sunda, Minang, Batak, dan Bugis. Selain dari penduduk Nusantara, budaya Jakarta juga banyak menyerap dari budaya luar, seperti budaya Arab, Tiongkok, India, dan Portugal.
Berdasarkan sensus penduduk tahun 2000, tercatat bahwa setidaknya terdapat tujuh etnis besar yang mendiami Jakarta. Suku Jawa merupakan etnis terbesar dengan populasi 35,16% penduduk kota. Populasi orang Jawa melebihi suku Betawi yang terhitung sebagai penduduk asli Jakarta. Orang Jawa banyak yang berprofesi sebagai pegawai negeri, buruh pabrik, atau pembantu rumah tangga. Etnis Betawi berjumlah 27,65% dari penduduk kota. Mereka pada umumnya berprofesi di sektor informal, seperti pengendara ojek, calo tanah, atau pedagang asongan. Pembangunan Jakarta yang cukup pesat sejak awal tahun 1970-an, telah banyak menggusur etnis Betawi ke pinggiran kota. Tanah-tanah milik orang Betawi di daerah Kemayoran, Senayan, Kuningan, dan Tanah Abang, kini telah terjual untuk pembangunan sentral-sentral bisnis.
Suku Betawi sebagai penduduk asli Jakarta agak tersingkirkan oleh penduduk pendatang. Mereka keluar dari Jakarta dan pindah ke wilayah-wilayah yang ada di provinsi Jawa Barat dan provinsi Banten. Budaya Betawi pun tersingkirkan oleh budaya lain baik dari Indonesia maupun budaya barat. Untuk melestarikan budaya Betawi, didirikanlah cagar budaya di Situ Babakan.
Di desa Situ Babakan yang diapit oleh dua situ (danau) ini masyarakat menetap dengan gaya hidup secara tradisional dan sangat sederhana. Masyarakat melestarikan budaya asli dan cara hidup dengan tradisi Betawi. Secara bersamaan mereka melakukan penghijauan lingkungan serta meningkatkan taraf hidup masyarakat melalui usaha pertanian dan berkesenian.
Potensi alam desa tersebut berupa dua situ (danau) yang diberi nama Situ Babakan dan Situ Mangga Bolong. Pengunjung dapat berkeliling danau dengan menggunakan sepeda air yang disewakan dengan tarif yang murah. Lingkungan alam yang sejuk dengan pepohonan rindang serta aneka tanaman buah dan tanaman hijau yang mengelilingi desa merupakan tempat yang cocok untuk beristirahat atau memancing di pinggir danau sambil menikmati suasana yang lain serta jauh dari hiruk-pikuk kota Jakarta.
Dapat disaksikan pula secara langsung aktivitas keseharian masyarakat setempat seperti budidaya ikan dalam keramba yang terdapat disepanjang pinggiran situ, memancing, bercocok tanam, berdagang, membuat kerajinan tangan serta membuat makanan dan minuman khas Betawi seperti dodol Betawi dan bir pletok. Seni budaya Betawi seperti tari Cokek, tari Topeng, Lenong dan Ondel-ondel dipergelarkan di panggung terbuka setiap hari Sabtu dan Minggu. Pengunjung dapat menikmati kesenian ini atau bahkan ikut menari bersama.
Wisma Betawi
Berfungsi sebagai penginapan, memiliki teras yang luas dengan 2 kamar tidur. Kamar tersebut masing-masing untuk pria dan wanita dengan kapasitas 6 orang dan memiliki kamar mandi terpisah. Terdapat pula kamar utama yang dilengkapi kamar mandi di dalam dan semua kamar bernuansa tradisi Betawi
Menurut pengelola kawasan wisata Kampung Betawi Situ babakan, sejarahnya kampong betawi dikelola oleh Tim Pengelola Perkampungan Budaya Betawi yang terdiri dari masyrakat dan unsur Pemda yang sekarang bernama Lembaga Pengelola Perkampungan Budaya Betawi yang anggotanya merupakan non-PNS. Namun, tetap berkoordinasi dengan Pemda karena masih berada di bawah Dinas Pariwisata dan Kebudayaan yang dulunya bernama Dinas Kebudayaan dan Permuseuman. Sebelum adanya pengelola, wilayah ini merupakan Perkampungan biasa dan mayoritas wilayah kebon. Rumah-rumah pun hanya sedikit, sementara yang banyak hanya di areal bawah saja. Tempat ini di bangun terlebih dahulu menjadi tempat wisata, barulah menjadi daerah komersil dengan dibangunnya warung-warung dan banyak berdatangannya pedagang-pedagang.
Dari 289 hektar wilayah ini, baru 0,8 % yang menjadi embrio perkampungan betawi, selebihnya masih milik warga. Namun, nantinya bakal dikelola sepenuhnya oleh pemda dan yang pasti pengelola mengajak masyarakat untuk mengelola rumahnya agar bisa menyediakan homestay sebagai proyek ke depannya. Daripada dibangun hotel, lebih baik di sini benar-benar sebagai sebuah kampong tanpa bangunan-bangunan megah.
Tujuan di perkampungan budaya betawi ini adalah untuk melestarikan budaya dan dibangun atas prakarsa tokoh-tokoh betawi dan seniman betawi. Mereka merasa budaya betawi di sini semakin memudar, generasi mudanya tidak kenal dengan budaya mereka sendiri. Akhirnya mereka ingin memiliki suatu tempat. Sebetulnya ada tiga alternative tempat, yaitu daerah Rorotan, Srengseng Sawah Jakbar, dan Kampung Kalibata Srengseng Sawah. Sementara, yang paling memungkinkan untuk membangun perkampungan rekacipta adalah di kampong Kalibata Srengseng Sawah di sini karena masyarakat betawinya masih banyak, suasananya masih asri belum terkontaminasi gedung-gedung bertingkat, dan masih benar-benar kampong. Di siini juga masih banyak tanaman-tanaman khas betawi, di tambah lagi di sini pemda memiliki dua setu. Sebenarnya yang diutamakan di sini adalah bukan bisnisnya, tapi melestarikan budaya. Bisnis atau pariwisatanya justru merupakan tujuan terakhir.
Pengelola akan melakukan pendekatan untuk menjadikan tempat ini sebagai tempat pariwisata seutuhnya. Memang agak sulit pembangunannya karena masyarakat di sini sudah banyak.
Di sini bukan saja hanya orang-orang betawi yang tinggal, tetapi juga ada orang Irian, Aceh, banyak juga orang Jawa dan Sunda yang berbaur dan mencintai kebudayaan betawi. Rumah-rumah mereka di sini pun di bangun dengan nuansa Betawi. Hal ini didasarkan atas inisiatif sendiri, maupun melalui suntikan dana dan pendekatan dari pemda agar semua rumah di sini dibangun dengan konsep betawi.
Sebagaimana tempat-tempat wisata yang lain baik di Indonesia maupun di luar negeri, tempat wisata karena terlalu komersil, penduduknya bisa saja terlibat prostitusi. Namun, pengelola bersama warga dengan cermat mencegah adanya praktek-praktek prostitusi yang sangat potensial terjadi di sini. Pengelola memberlakukan jam malam yang dimulai selepas maghrib dan menutup akses sekitar areal situ babakan dengan portal. Jadi, jangan kaget bila setiap ada akses jalan mmasuk ke sini pasti ada portalnya, khususnya daerah pinggir. Itu merupakan salah satu cara yang cukup efektif untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan masyarakat atas swadaya masyarakat. Warga di sini masih dengan kuat memegang teguh ajaran agama Islam yang mengingatkan bahwa bila terjadi prostitusi atau perzinahan, maka sekitar 40 rumah yang ada di sekitarnya akan terkena imbas dosanya. Masyarakat dan pengelola sangat ketat untuk mencegah hal tersebut terjadi karena masyarakat tentunya tak ingin terkena getahnya padahal mereka tidak melakukan apa-apa. Mekipun begitu, tetap saja ada yang “bandel”. Karena itu pengelola bersama masyarakat pun berkoordinasi dengan satgas yang dibentuk warga, RT/RW, dan Polsek. Jadi yang berani “macem-macem” akan terkena sanksi tegas. Selepas maghrib, satgas bergerak dan warung-warung pun tertutup karena warga tidak diperkenankan untuk tinggal di warung sebagai tempat tinggal. Kalau sinag, tentunya mereka (pemilik warung) masih mudah untuk dipantau, tapi kalau malam sangatlah sulit. Sanksi ada sebennarnya tidak ada, tapi langsung diserahkan ke polsek. Semua keputusan berdasarkan hasil musyawarah demi menghindari hal-hal yang beresiko tinggi. Dulunya, malam-malam setidaknya ada hingga 20 motor yang masuk ke daerah sini dengan mencari-cari jalan akses masuk yang tertangkap basah. Namun lagi-lagi, tetap saja ada yang “nakal”.
Acara yang digelar di perkampungan ini diadakan secara rutin, namun pada bulan ini, dalam rangka menyambut ulang tahun Jakarta, pengelola mengadakan acara-acara yang tak lazim di temuin di tempat lain dengan bernuansakan budaya betawi. Diantaranya Wayang Gollek Betawi, Rebana Biang, Topeng Blantek, Lenong Preman dan Lenong Denes. Pagelaran-pagelaran tersebut merupakan percampuran seperti budaya betawi dengan sunda, betawi modern, jawa, arab, cina, dan sebagainya. Kesenian-kesenian betawi justru nyaris tidak ada yang sepenuhnya budaya betawi asli, semuuanya merupakan budaya campuran. Ada juga acara tahunan, tahun ini ada atraksi wisata Prosesi Pindah Rumah yang biasa diadakan bila adanya pernikahan. Tahun lalu ada lomba hias getek dan melukis, lomba abnon, prosesi sunatan, dan prosesi membuka palang pintu.
Masih banyak pekerjaan rumah yang harus dibenahi oleh pengelola. Lahan parkir, akses jalan ke sini, arena bermain anak, taman-taman, panggung dalam, sound system sendiri, rumah percontohan yang setingnya bagus, dan gerai dagang yang eksklusif merupakan proyek pemugaran selanjutnya. Namun untuk tahun ini, pemda lebih berfokus pada proyek pengerukan setu yang masih banyak rawa-rawa yang membahayakan karena merupakan tanah gembur yang di dalamnya air. Setu babakan sebenarnya setu alami sehingga bisa luas seperti sekarang setelah rawa-rawanya dibersihkan. Di tengah-tengah danau ada beberapa mata air yang membuat setu tidak pernah kering.
Pengelola bukanlah satu-satunya yang mengurus setu dan tempat wisata. Banyak dinas-dinas terkait yang bekerja membangun setu seperti PO Tata Air, PU, dan Dinas Pertamanan. Jadi mereka tidak bisa sendirian mengam,bil keputusan untuk membangun perkampungan betawi ini.

Menurut penduduk asli sekaligus pedagang di perkampungan betawi, Mpo Sena dan anaknya, rata-rata orang asli yang dulu tinggal di sini membuka usaha dan sebagian hijrah ke kota. Namun, lebih banyak lagi orang-orang luar kota yang pindah kesini, seperti orang-orang aceh, irian, dan arab. Tanah di sini sudah mulai mahal karena merupakan wilayah argowisata..
Sebelum menjadi tempat wisata, orang-orang di sini ramai berkumpul pada siang hari untuk bercengkrama di bawah pohon rambutan untuk makan bersama. Dulu suasananya lebih kekeluargaan, tapi sekarang lebih komersil karena sudah banyak yang berjualan di sini. Sejak tahun 1962 , mereka sudah di sini. Jadi, mereka sangat tahu seluk beluk daerah ini. Menurut mereka, mubazir bila tidak banyak yang berjualan di daerah banyak pengunjung seperti di daerah wisata ini.
Selain suku betawi, di sini sudah “gado-gado” sukunya. Justru rumah-rumah besar bernuansa betawi yang ada di depan adalah milik orang-orang Aceh. Dulunya tanah di sini tidak boleh di jual, tapi sekarang boleh di jual dengan syarat pembeli tanah yang ingin membuat bangunan harus berkonsepkan betawi.
Hambatan komunikasi atau yang juga dikenal sebagai communication barrier adalah segala sesuatu yang menjadi penghalang untuk terjadinya komunikasi yang efektif (Contoh dari hambatan komunikasi antabudaya adalah kasus anggukan kepala, dimana di Amerika Serikat anggukan kepala mempunyai arti bahwa orang tersebut mengerti sedangkan di Jepang anggukan kepala tidak berarti seseorang setuju melainkan hanya berarti bahwa orang tersebut mendengarkan. Dengan memahami mengenai komunikasi antar budaya maka hambatan komunikasi (communication barrier) semacam ini dapat kita lalui.
Hambatan komunikasi (communication barrier) dalam komunikasi antar budaya (intercultural communication) mempunyai bentuk seperti sebuah gunung es yang terbenam di dalam air. Dimana hambatan komunikasi yang ada terbagi dua menjadi yang diatas air (above waterline) dan dibawah air (below waterline).
Faktor-faktor hambatan komunikasi antar budaya yang berada dibawah air (below waterline) adalah faktor-faktor yang membentuk perilaku atau sikap seseorang, hambatan semacam ini cukup sulit untuk dilihat atau diperhatikan. Jenis-jenis hambatan semacam ini adalah persepsi (perceptions), norma (norms), stereotip (stereotypes), filosofi bisnis (business philosophy), aturan (rules), jaringan (networks), nilai (values), dan grup cabang (subcultures group).
Sedangkan terdapat 9 jenis hambatan komunikasi antar budaya yang berada diatas air (above waterline). Hambatan komunikasi semacam ini lebih mudah untuk dilihat karena hambatan-hambatan ini banyak yang berbentuk fisik.
1. Fisik (Physical)
2. Budaya (Cultural)
3. Persepsi (Perceptual)
4. Motivasi (Motivational)
5. Pengalaman (Experiantial)
6. Emosi (Emotional)
7. Bahasa (Linguistic)
8. Nonverbal
9. Kompetisi (Competition)
Hambatan Komunikasi Antarbudaya yang terjadi di kawasan Kampung Betawi di kawasan Situ Babakan di Srengseng Sawah merupakan contoh hambatan yang bisa teratasi dengan baik. Dari pengalaman-pengalamn di atas, kita dapat mengetahui bagaimana pembauran yang terjadi dapat justru membawa kampong yang sangat kental akan budaya betawinya menjadi lebih kaya kebudayaannya.
Saya rasa bagaimana penjelasan dan solusi mengenai Hambatan Komunikasi Antarbudaya yang terjadi di kawasan Kampung Betawi sudah cukup jelas terjabarkan dengan hasil wawancara di atas. Jadi, saya harap apa yang di jelaskan dalam paper ini sudah sangat cukup untuk menjawab pertanyaan yang diberikan.

Komunikasi Antar Pribadi dan Problematikanya

Hambatan Komunikasi dalam Hubungan Pertemanan Beda Budaya
Saya, Fakhriy Dinansyah, adalah anggota masyarakat hasil campuran dari beberapa kebudayaan. Dilihat dari segi nama, Fakhriy Dinansyah, adalah nama yang berasal dari bahasa Arab dengan artikel Sumatera dibelakangnya. “Fakhriy Din”, yang dalam bahasa arab berarti Kemuliaan Agama diberikan oleh ibu saya untuk disandang di dalam nama saya. Dan “Syah” yang merupakan nama khas orang Sumatera, ditambahkan oleh kakek saya yang berasal dari Riau.
Dalam darah saya sebagian besar mengalir kebudayaan Sunda yang berasal dari ayah, Enday Royana. Orang Sunda murni, berasal dari Kabupaten Sukabumi. Sementara kebudayaan campuran yang mengalir dalam darah saya berasal dari ibu, Sri Sulistiowati, yang lahir di Kraton, Yogyakarta. Ia memiliki Ibu (eyang saya) seorang jawa asli yang ibunya (eyang buyut saya) adalah anggota keluarga Kraton Kesultanan Yogyakarta, namun darah ningratnya hilang setelah menikah dengan seorang masyarakat biasa (eyang kakung saya). Eyang saya tersebut kemudian dinikahi oleh seorang Jendral Polisi di Jakarta yang berasal dari Riau. Ia adalah seorang Riau keturunan Arab-Bugis. Jadi bisa dikatakan bahwa dalam darah saya mengalir 50% Sunda, 25% Jawa, 12,5% Riau, 6,25% Bugis, 6,25% Arab.
Lahir ke dunia pada 4 Maret 1990 di Jakarta, saya mulai di besarkan di lingkungan yang cukup kental akan kebudayaan betawi. Namun budaya itu tidak cukup dominan saya praktekkan sekarang. Yang tersisa hanyalah dialek betawi yang masih sering saya gunakan dalam bahasa pergaulan sehari-hari.
Sejak umur 1 tahun, saya sudah tinggal di Tangerang. Namun waktu kecil saya sering sekali tinggal di rumah nenek saya yang ada di Grogol, Jakarta, karena ibu saya bekerja di sebuah universitas di daerah itu. Ketika sudah bersekolah, saya benar” menetap di daerah Tangerang. Bersekolah di TK Putra IX, SDN Kelapa Dua dan SDN Kelapa Dua I, SMP Islamic Village, SMAN 8 Tangerang, dan Universitas Multimedia Nusantara. Semuanya di daerah Tangerang, tepatnya dalam ruang lingkup Kecamatan Kelapa Dua.
Mulai SMA, kemampuan berkomunikasi antarbudaya saya mulai terasah. Sebagai seorang Pribumi Muslim, saya merasa sangat senang mengenal beberapa teman dekat dari berbagai latar belakang kebudayaan, suku, ras, dan agama. Dan pada bangku kuliah, keberagaman itu sangat jelas terasa. Universitas Multimedia Nusantara benar-benar menyatukan beragam budaya yang ada di Nusantara. Awalnya saya merasa sangat sulit untuk beradaptasi di sana. Perbedaan budaya dan kebiasaan membuat saya mengalami “culture shock” sampai akhir semester pertama. Mulai awal semester kedua, saya harus mengubah pola adaptasi saya hingga akhirnya menemukan cara yang tepat. Jokes adalah salah satu tools yang sangat efektif bagi saya untuk mendapatkan penerimaan dari teman-teman sekelas, ditambah lagi sebagai penjual pulsa membuat saya eksis di kampus. Sejak saat itulah saya mempunyai banyak teman-teman dekat yang sebagian besar berlatar belakang budaya Tionghoa, tapi saya sangat tidak bermasalah dengan hal itu.
Keluarga saya cukup menjunjung tinggi azas demokrasi yang terkontrol, tidak ada kekolotan sama sekali. Jadi sangat leluasa bagi saya untuk memperluas pergaulan, namun masih tetap terkontrol. Ketebalan iman dan keteguhan hati, itulah yang menjadi pegangan bagi saya untuk menjalankan keseharian sehingga saya tidak mudah terpengaruh untuk masuk ke dalam jurang kebudayaan yang negatif yang saat ini sedang marak.
Sebenarnya saya cukup bingung untuk menjawab pertanyaan, “orang mana?”, yang berarti menanyakan bahwa saya berasal dari suku bangsa apa. Meskipun darah saya dominan dari sunda, namun saya tidak mengerti sama sekali bahasa Sunda, Jawa juga apalagi Riau. Saya cukup berbangga juga menjadi keturunan orang Sumatera dan juga sedikit campuran Arab, gen itu yang membuat fisik saya cukup menarik.
Dalam kebingungan mengenai dari kebudayaan atau suku bangsa mana saya berasal, saya sadar bahwa pada era globalisasi seperti sekarang unsur darimana budaya asal kita tidak akan terlalu berpengaruh pada masyarakat yang sudah melebur. Saya cukup berbangga juga berdarah “multietnis” karena saya bisa memahami beragam budaya yang berbeda. Hal itu juga membuat saya tidak memiliki sikap etnosentris yang dapat menjadi penghalang bagi persatuan dan kesatuan bangsa pada umumnya, dan hubungan saya dengan lingkungan sosial di masyarakat pada khususnya.

Kita berkomunikasi setiap hari. Kita tidak bisa tidak berkomunikasi, itulah salah satu aksioma dalam ilmu komunikasi. Manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa berkomunikasi untuk memenuhi kebutuhannya, dengan cara apapun, verbal maupun nonverbal. Tak jarang, kita akan menemui berbagai hambatan dalam berkommunikasi dan berinteraksi antarindividu. Terutama terhadap kerabat terdekat maupun teman seperjuangan. Dalam tulisan ini saya akan lebih berfokus pada pembahasan hambatan komunikasi yang terdapat dalam hubungan antarindividu berbeda budaya yang berada dalam lingkup pertemanan.
Komunikasi antarbudaya adalah komunikasi yang terjadi di antara orang-orang yang memiliki kebudayaan yang berbeda (bisa beda ras, etnik, atau sosioekonomi, atau gabungan dari semua perbedaan ini. Kebudayaan adalah cara hidup yang berkembang dan dianut oleh sekelompok orang serta berlangsung dari generasi ke generasi.
Tak bisa kita pungkiri, kita akan selalu mengalami gesekan-gesekan kecil maupun kompleks dalam hubungan kita dengan teman-teman, terutama teman yang hampir setiap hari bersama kita. Resiko itu muncul sebagian besar karena adanya perbedaan kebudayaan yang melekat pada masing-masing individu. Perbedaan kebudayaan tersebut adalah hambatan yang seringkali menimbulkan konflik. Namun, kita bisa meminimalisir konflik-konflik yang bisa saja terjadi dengan meminimalisir hambatan-hambatan yang ada. Tetapi kita tidak bisa sama sekali menghilangkan hambatan karena itu akan selalu ada dalam setiap kejadian komunikasi, terutama yang berhubungan dengan komunikasi antarbudaya.
Pertama, kita harus mengetahui telebih dulu mengetahui alasan mengapa kita berkomunikasi. Komunikasi berfungsi setidaknya untuk mengisyaratkan bahwa komunikasi penting untuk membangaun konsep-diri kita, aktualisasi-dir, untuk kelangsungan hidup, untuk memperoleh kebahagiaan, terhindar dari tekanan dan ketegangan, antara lain lewat komunikasi yang menghibur, dan memupuk hubungan dengan orang lain. Melalui komunikasi kita bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama. Orang yang tidak pernah berkomunikasi dengan manusia bisa dipastikan akan “tersesat,” karena ia tidak sempat menata dirinya dalam suatu lingkungan sosial. Komunikasilah yang memungkinkan individu membangun suatu kerangka rujukan dan menggunakannya sebagai panduan untuk menafsirkan situasi apapun yang ia hadapi. Komunikasi pula yang memungkinkannya mempelajari dan menerapkan strategi-strategi adaptif untuk mengatasi situasi-situasi problematik yang kita masuki. Tanpa melibatkan diri dalam komunikasi, seseorang tidak akan tahu bagaimana makan, minum, berbicara sebagai manusia, dan memperlakukan manusia lain secara beradab, kerena cara-cara berperilaku tersebut harus dipelajari lewat pengasuhan keluarga dan pergaulan dengan orang lain yang intinya adalah komunikasi.
Pada satu sisi, komunikasi merupakan mekanisme untuk mensosialiisasikan norma-norma budaya masyarakat, baik secara horisontal, dari suatu masyarakat ke masyarakat lainnya, ataupun secara vertikal, dari suatu generasi ke generasi beriikutnya. Pada sisi lain, budaya menetapkan norma-norma (komunikasi) yang dianggap sesuai untuk suatu kelompok. Budaya ini bahkan mempengaruhi kita setelah kita mati.
Sebagian kesulitan komunikasi berasal dari fakta bahwa sebagian kelompok-kelompok budaya atau subkultur-subkultur dalam suatu budaya mempunyai perangkat norma berlainan. Oleh karena fakta atau rangsangan komunikasi yang sama munkin dipersepsi secara berbeda oleh kelompok-kelompok berbeda kultur atau subkultur, kesalahpahaman hampir tidak dapat dihindari. Akan tetapi, ini tidak berarti bahwa berbeda itu buruk. Kematangan dalam budaya ditandai dengan toleransi atau perbedaan. Mengutuk orang lain karena mereka berbeda adalah tanda kebebalan dan kecongakan.

Setelah kita mengetahui mengetahui mengapa kita harus berkomunikasi, kita dapat melihat bahwa dalam dalam setiap komunikasi pasti ada hambatannya. Hal itu disebabkan karena setiap individu yang berkomunikasi itu dilatarbelakangi oleh budaya yang berbeda. Dalam hubungan pertemanan juga begitu. Ketika kita sedang mengobrol contonhnya, tentu konteks yang dibicarakan dapat berbeda satu dengan yang lainnya. Saat beberapa teman yang berlatar belakang budaya tionghoa berbicara bahasa campuran antara bahasa Cina dan bahasa Indonesia, tentu teman yang berlatar belakang budaya jawa murni akan tidak mengerti, atau bahkan munkin bisa tersinggung karena merasa bahwa temannya yang beretnis tionghoa itu membicarakan sesuatu tentang dirinya.
Contoh lain adalah ketika sebuah kelompok yang anggota-anggotanya terdiri dari campuran antara etnis pribumi dan etnis keturunan tionghoa melihat kelompok lain yang anggota-anggotanya hanya berasal dari etnis keturunan tionghoa tentunya akan mempresepsikan bahwa kelompok tersebut memiliki sifat etnosentris yang kuat dan tidak ingin berbaur dengan orang lain yang berbeda budaya. Mereka mungkin memang merasa tidak nyaman bila bergaul dengan pribumi, atau mungkin juga kebetulan pribumi lah yang menjauhi mereka karena rasisme padahal orang tionghoa tidak selalu seperti yang mereka stereotipekan.
Hambatan-hambatan yang ada dalam contoh-contoh diatas terjadi karena perbedaan persepsi yang dimiliki oleh masing-masing kultur atau subkultur yang melekat pada masing-masing anggota kelompok. Persepsi kita sering tidak cermat. Salah satu penyebabnya adalah asumsi atau pengharapan kita. Beberapa bentuk kekeliruan dan kegagalan persepsi tersebut adalah sebagai berikut.

Kesalahan Atribusi
Atribusi adalah proses internal dalam diri kita untuk memahami penyebab perilaku orang lain. Dalam usaha mengetahui orang lain,kita menggunakan beberapa sumber informasi. Misalnya, kita mengamati penampilan fisik mereka. Faktor seperti usia, gaya pakaian dan daya tarik dapat memberikan isyarat mengenai sifat-sifat utama mereka. Kita bisa menduga-duga sifat seorang pria setengah baya yang berambut gondrong dan sebelah telinganya beranting, seorang wanita yang genmar menggunakan rok mini, atau seorang eksekutif yang sering mengenakan jas dan dasi. Namun dugaan kita tak selalu benar mengenai sifat-sifat mereka.
Kesalahan atribusi bisa terjadi ketika kita salah menaksir makna pesan atau maksud perilaku si pembicara. Andaikan seseorang menguap, misalnya, apakah ia bosan, ngentuk, capek, cuek, atau khawatir. Ketika seseorang tersenyum, apakah ia ramah, menggoda, menyindir, atau sinis. Perbedaan budaya semakin mempersulit kita untuk menaksir maksud seseorang.

Efek Halo
Kesalahan persepsi yang disebut halo effects merujuk pada fakta bahwa begituu kita membentuk kesan menyeluruh mengenai seseorang, kesan yang menyeluruh ini cenderung menimbulkan efek yang kuat atas penilaian kita akan sifat-sifatnya yang spesifik. Gagasan-gagasan yang dianggap biasa bahkan usang bila dikemukakan oleh orang awam boleh jadi akan dianggap brilian atau kreatif bila hal itu dikemukakan oleh tokoh nasional, sehingga cepat diliput oleh pers. Tindakan yang mungkin dianggap beresiko atau dungu bila dilakukan orang biasa boleh jadi akan dianggap berani jika hal itu dilakukan oleh selebritis.
Efek halo ini memang lazim dan berpengaruh kuat pada diri kita dalam menilai orang lain. Bila kita terkesan oleh seseorang, karena keppemimpinan atau keahliannya dalam suatu bidang, kita cenderung memperluas kesan awal kita. Bila ia baik dalam satu hal, seolah-olah ia pun baik dalam hal lain.

Stereotipe
Kesulitan komunikasi akan muncul dari penstereotipan (stereotyping), yakni menggeneralisasikan orang-orang berdasarkan sedikit informasi dan membentuk asumsi orang-orang berdasarkan keanggotaan mereka dalam suatu kelompok. Dengan kata lain, penstereotipan adalah proses menempatkan orang-orang ke dalam kategori-kategori yang mapan, atau penilaian mengenai orang-orang atau objek-objek berdasarkan kategori-kategori yang sesuai, ketimbang berdasarkan karakteristik individual mereka. Banyak definisi stereotype yang dikemukakan oleh para ahli, kalau boleh disimpulkan, stereotip adalah kategorisasi atas suatu kelompok secara serampangan dengan mengabaikan perbedaan-perbedaan individual. Kelimpik-kelompok ini mencakup : kelompok ras, kelompok etnik, kaum tua, berbagai pekerjaan profesi, atau orang dengan penampilan fisik tertentu. Stereotip tidak memandang individu-individu dalam kelompok tersebut sebagai orang atau individu yang unik.
Contoh stereotip :
• Orang Cina selalu berorientasi pada uang
• Orang Padang itu pelit
• Orang Jawa plin-plan dan berbelitt-belit
• Orang Batak orangnya to the point
• Orang Manado sikapnya kasar
Menurut Baron dan Paulus ada beberapa faktor yang menyebabkan adanya stereotip. Pertama, sebagai manusia kita cenderung membagi dunia ini ke dalam dua kategori : kita dan mereka. Karena kita kekurangan informasi mengenai mereka, kita cenderung menyamaratakan mereka semua, dan mengangap mereka sebagai homogen. Kedua, stereotip tampaknya bersumber dari kecenderungan kita untuk melakukan kerja kognitif sedikit mungkin dalam berpikir mengenai orang lain. Dengan kata lain, stereotip menyebabkan persepsi selektif tentang orang-orang dan segala sesuatu disekitar kita. Stereotip dapat membuat informasi yang kita terima tidak akurat. Pada umumnya, stereotip bersifat negative. Stereotip tidak berbahaya sejauh kita simpan di kepala kita, namun akan bahaya bila diaktifkan dalam hubungan manusia. Stereotip dapat menghambat atau mengganggu komunikasi itu sendiri. Contoh dalam konteks komunikasi lintas budaya misalnya, kita melakukan persepsi stereotip terhadap orang padang bahwa orang padang itu pelit. Lewat stereotip itu, kita memperlakukan semua orang padang sebagai orang yang pelit tanpa memandang pribadi atau keunikan masing-masing individu. Orang padang yang kita perlakukan sebagai orang yang pelit mungkin akan tersinggung dan memungkinkan munculnya konflik. Atau misal stereotip terhadap orang batak bahwa mereka itu kasar. Dengan adanya persepsi itu, kita yang tidak suka terhadap orang yang kasar selalu berusaha menghindari komunikasi dengan orang batak sehingga komunikasi dengan orang batak tidak dapat berlangsung lancar dan efektif. Stereotip terhadap orang afrika-negro yang negatif menyebabkan mereka terbiasa diperlakukan sebagai kriminal. Contohnya, di Amerika bila seseorang (kulit putih) kebetulan berada satu tempat/ruang dengan orang negro mereka akan , secara refleks, melindungi tas atau barang mereka, karena menggangap orang negro tersebut adalah seorang pencuri. Namun, belakangan, stereotip terhadap orang negro sudah mulai berkurang terleih sejak presiden amerika saat ini juga keturunan negro. Orang Indonesia sendiri di mata dunia juga sering distereotipkan sebagai orang-orang ’anarkis’ , ’bodoh’, konservatif-primitif, dll.

Prasangka
Suatu kekeliruan persepsi terhadap orang yang berbeda adalah prasangka, suatu konsep yang sangat dekat dengan stereotip. Prasangka adalah sikap yang tidak adil terhadap seseorang atau suatu kelompok. Beberapa pakar cenderung menganggap bahwa stereotip itu identik dengan prasangka, seperti Donald Edgar dan Joe R. Fagi. Dapat dikatakan bahwa stereotip merupakan komponen kognitif (kepercayaan) dari prasangka, sedangkan prasangka juga berdimensi perilaku. Jadi, prasangka ini konsekuensi dari stereotip, dan lebih teramati daripada stereotip. Richard W. Brislin mendefinisikan prasangka sebagai sikap tidak adil, menyimpang atau tidak toleran terhadap sekelompok orang. Seperti juga stereotip, meskipun dapat positif atau negatif, prasangka umumnya bersifat negatif. Prasangka ini bermacam-macam, yang populer adalah prasangka rasial, prasangka kesukuan, prasangka gender, dan prasangka agama. Prasangka mungkin dirasakan atau dinyatakan. Prasangka mungkin diarahkan pada suatu kelompok secara keseluruhan, atau seseorang karena ia anggota kelompok tersebut. Prasangka membatasi orang-orang pada peran-peran stereotipik. Misalnya pada prasangka rasial-rasisme semata-mata didasarkan pada ras dan pada prasangka gender-seksisme pada gendernya.
Brislin menyatakan bahwa prasangka itu mencakup hal-hal berikut : memandang kelompok lain lebih rendah, sifat memusuhi kelompok lain, bersikap ramah pada kelompok lain pada saat tertentu, namun menjaga jarak pada saat lain; berperilaku yang dibenci kelompok lain seperti terlambat padahal mereka menghargai ketepatan waktu. Ini berarti bahwa hingga derajat tertentu kita sebenarnya berprasangka terhadap suatu kelompok. Jadi kita tidak dapat tidak berprasangka. Wujud prasangka yang nyata dan ekstrem adalah diskriminasi, yakni pembatasan atas peluang atau akses sekelompok orang terhadap sumber daya semata-mata karena keanggotaan mereka dalam kelompok tersebut seperti ras, suku, gender, pekerjaan dan sebagainya. Contohnya diskriminasi terhadap orang negro yang ada di amerika.
Prasangka dapat menghambat komunikasi. Oleh karena itu, orang-orang yang punya sedikit prasangka pun terhadap suatu kelompok yang berbeda tetap saja lebih suka berkomunikasi dengan orang-orang yang mirip dengan mereka karena interaksi demikian lebih meyenagkan daripada interaksi dengan orang tak dikenal. Ada beberapa contoh prasangka misalnya. orang Jepang kaku dan pekerja keras, orang Cina mata duitan, politikus itu penipu, wanita sebagai objek seks, dll. Prasangka mungkin tidak didukung dengan data yang memadai dan akurat sehingga komunikasi yang terjalin bisa macet karena berlandaskan persepsi yang keliru, yang pada gilirannya membuat orang lain juga salah mempersepsi kita. Cara yang terbaik untuk mengurangi prasangka adalah dengan meningkatkan kontak dengan mereka dan mengenal mereka lebih baik, meskipun kadang cara ini tidak berhasil dalam semua situasi.

Gegar Budaya
Menurut Kalvero Oberg Culture shock ditimbulkan oleh kecemasan karena hilangnya tanda-tanda yang sudah dikenal dan simbol-simbol hubungan sosial. Lundstedt mengatakan bahwa gegar budaya adalah suatu bentuk ketidakmampuan menyesuaikan diri yang merupakan reaksi terhadap upaya sementara yang gagal untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan dan orang-orang baru.
Meskipun gegar budaya sering dikaitkan dengan fenomena memasuki suatu budaya (yang identik dengan negara) asing, lingkungan baru yang dimaksud disini sebenarnya juga bisa merujuk pada agama baru, lingkungan kkerja baru, atau keluarga besar baru yang dimasuki lewat perkawinan (mertua, ipar, dan sebagainya).
Gegar budaya ini dalam berbagai bentuknnya adalah fenomena yang alamiah saja. Intensitasnya dipengaruhi oleh berbagai faktor, yang pada dasarnya terbagi dua: faktor internal (ciri-ciri kepribadian orang yang bersangkutan) dan faktor eksternal (kerumitan budaya atau lingkuungan baru yang dimasuki). Tidak ada kepastian kapan gegar budaya ini akan muncul dihitung sejak kita memasuki budaya lain. Berbagai penelitian empiris menunjukkan bahwa gegar budaya sebenarnya merupakan titik pangkal untuk mengembangkan kepribadian dan wawasan budaya kita, sehingga kita dapat menjadi orang-orang yang luwes dan terampil dalam bergaul dengan orang-orang dari berbagai budaya, tanpa harus mengorbankan nilai-nilai budaya kita sendiri.
Indonesia terdiri dari beragam budaya yang berbeda dengan bermacam-macam latar belakang, kepercayaan, sejarah, sifat, ras, kebiasaan, adat, dll. Karena memiliki berbagai macam budaya yang berbeda maka dari itulah kita sebagai kaum yang intelek harus mampu, mengerti, dan menciptakan komunikasi antar budaya yang efektif. Bagaimana caranya? Bisa langsung dipraktekkan dengan, misalnya : membiasakan berkomunikasi dengan orang yang latar belakang budayanya yang berbeda, membina hubungan yang khusus / dekat dengan orang yang memiliki latar belakang yang berbeda, contoh : have a close friendship with a culturally different person. Mendengarkan dengan baik dan mencoba mengerti mengenai pembicaraan antara 2 orang yang memiliki latar belakang budaya yang berbeda.
Di dalam Intercultural Communication terdapat sebuah model yang mengatakan bahwa pesan yang anda kirim dan pesan yang anda terima akan dipengaruhi dengan kepercayaan, nilai-nilai, sikap budaya yang bersangkutan. Selain itu walaupun mempunyai budaya yang berbeda dari 2 individu tersebut pasti akan selalu ada persamaan antar keduanya.
Tidak ada persiapan yang lebih baik untuk mengerti budaya lain selain kita mempunyai niat untuk belajar dan mencari tahu budaya yang lainnya. Misalnya, jika ingin menjalin hubungan yang dekat dengan etnis Cina sebelumnya kita harus tahu latar belakang, kebiasaan, sikap dan perilaku, kepercayaan mereka agar tidak terjadi kesalahpahaman yang berlanjut ke tingkat kekerasan. Contoh yang lainnya, budaya Jawa dengan Batak, jika orang Jawa berkomunikasi itu biasanya basa-basi terlebih dahulu tidak langsung pada intinya dan berkata secara perlahan dengan suara yang pelan. Berbanding terbalik dengan orang Batak jika berkomunikasi menggunakan suara yang lantang, jika orang tidak tahu latar belakang budaya Batak pasti mengira sedang marah. Padahal orang yang berasal dari Medan itu memiliki kecenderungan berbicara dengan lantang.
Untuk berkomunikasi dengan latar belakang budaya yang lainnya anda musti tahu dan mengerti bahwa adanya perbedaan dari Anda dengan orang yang berasal dari budaya lain. Kesalahpahaman ini tidak hanya terjadi di sektor regional saja melainkan juga terjadi di internasional. Skala Internasional jauh lebih berbeda dengan budaya kita (Asia). Terdapat Eropa, Afrika, Amerika, Australia, dan Asia sendiri. Seperti contohnya kasus Culture Shock atau Gegar Budaya. Culture Shock atau Gegar Budaya adalah dimana reaksi / kondisi psikologis yang sedang anda alami ketika anda berada di suatu daerah yang memiliki perbedaan budaya dari tempat asli Anda sendiri. Kasus ini bisa kita temui ketika orang memasuki budaya yang baru dan berbeda dari tempat asalnya. Misalnya, terdapat mahasiswa Indonesia yang ingin melanjutkan studi S2 nya di Amerika yang konon memiliki budaya yang terbalik dengan budaya Asia (Indonesia). Kita tahu bahwa kehidupan di Amerika itu sangatlah bebas seperti hubungan seks diluar nikah, kumpul kebo, bermesraan di depan umum, dll. Dimana sikap dan kebiasaan tersebut di Indonesia masih sangat tabu dan aneh walaupun ada beberapa orang yang menganut kebiasaan ini. Untuk menindaklanjuti kasus Culture Shock ini terdapat beberapa tahap yang dialami, yaitu
1. The Honeymoon : didalam tahap ini Anda mengalami / menghadapi pengalaman tinggal dalam budaya dan orang-orang yang berbeda.
2. The Crisis : disini Anda mulai mengetahui perbedaan budaya antara budaya Anda sendiri dengan budaya yang ada tempati sekarang. Merasakan frustasi / stress, dan shock menghadapi perbedaan budaya yang terjadi.
3. The Recovery : dalam periode ini Anda mengalami masa pemulihan. Anda sudah mulai bisa perbedaan budaya yang sedang Anda alami sekarang. Anda mulai belajar bahasa dan kebiasaan yang berlaku di tempat tersebut.
4. The Adjustment : ini merupakan tahap yang terakhir. Dalam posisi ini Anda sudah bisa memposisikan diri dan menikmati budaya yang berlaku dari tempat tersebut.

Perbedaan juga terjadi dalam makna. Berbeda budaya terdapat makna yang berbeda juga. Ada sebuah pepatah “Meaning exists not in the words but in people” yang artinya sebuah makna itu bukan pada kata-katanya melainkan dari orang tersebut. Sebagai contohnya perempuan Amerika dan Muslim memiliki perbedaan makna yang amat sangat signifikan. Verbal maupun non Verbal. Contohnya yang lain bisa kita lihat dalam siituasi sebagai berikut :

Terdapat perempuan Amerika yang sedang makan menggunakan tangan kirinya (kidal), jika dilihat oleh perempuan Muslim itu akan dianggap kasar.

Di dalam Intercultural Communication belajar mengenai pesan dan signal dari orang lain, bagaimana mereka menggunakannya, dan apa yang mereka maksud. Selain itu Anda juga harus memberitahu / menceritakan sistem signal kita kepada orang lain agar orang yang bersangkutan lebih mengerti tentang kita. Selain itu juga terdapat Communication Accomodation Theory yang isinya sender akan mengakomodasikan gaya berbicara dari receiver untuk memeroleh komunikasi yang efisien.
Walapun terdapat perbedaan budaya kita juga harus mengurangi sikap Etnosentris. Etnosentris yaitu menganggap bahwa nilai-nilai, kepercayaan, dan sikap dari budaya kita sendiri lebih baik, positif, dan logis dari budaya lain / menanggap budaya kita lebih unggul.

Mengoptimalkan Komunikasi Antarbudaya

Memahami peran budaya dalam komunikasi adalah hal yang paling mendasar untuk memahami komunikasi antarbudaya. Kata komunikasi antarbudaya merujuk pada komunikasi antara beberapa ornag yang memiliki perbedaan budaya yang dimiliki. Setiap pesan berasal dari konteks budaya yang spesifik dan unik yang memengaruhi isi dan bentuk pesan tersebut.
Berikut adalah cara-cara bagaimana keta dapat mengoptimalkan komunikasi antarbudaya yang akan selalu terjadi karena kita sebagai manusia adalah makhluk sosial yang pasti akan terus berkomunikasi dengan orang yang beragam dari budaya yang beragam pula.
1. Tambah Pengetahuan Anda
Tidak ada persiapan yang lebih baik untuk komunikasi antarbudaya selain mempelajari budaya lain. Ada beberapa cara yang mudah untuk dilakuakan. Melihat dokumen atau film yang merepresentasikan realitas dari sebuah budaya, jelajahi majalah atau website tentang kebudayaan, mengobrol dan bahkan chatting dengan orang-orang dari berbagai negara. Bagian ini dapat membantu anda untuk menghadapi rasa takut sehingga dapat berinteraksi dengan cara yang efektif dalam komunikasi antarbudaya. Lalu, anda akan mampu memilih informasi yang tepat untuk berkomunikasi.
2. Mengurangi Ketidakjelasan
Semua interaksi dalam komunikasi mengandung ketidakjelasan dan ambiguitas. Dalam situasi ketidakjelasan yang sangat besar membutuhkan teknik komunikasi yang efektif.

Contohnya, mendengarkan secara aktif, memeriksa persepsi, lebih spesifik, dan melihat feedback.
3. Menerima Perbedaan
Untuk berkomunikasi secara antarbudaya anda harus menerima akan adanya perbedaan antara diri anda dengan orang lain dari budaya yang lain.
4. Lawan Stereotype Anda
Stereotypes, khususnya ketika berada dibawah kesadaran, dapat membuat masalah komunikasi yang serius. Stereotyping dapat juga membuat anda mengacuhkan keunikan karakteristik dari setiap individu.
5. Atur Komunikasi Anda
Komunikasi antarbudaya hanya mengambil tempat pada tingkat disaat seseorang dapat mengerti kata-kata dan nonverbal dari orang lain. Karena tidak ada dua orang yang berbagi sistem simbol yang benar-benar sama maknanya, pengaturan akan membuat seluruh interaksi antarpribadi masuk ke dalam interaksi antarbudaya.
6. Kurangi Etnosentrisme yang Anda Miliki
Etnosentrisme adalah kecenderungan bagi evaluasi sebuah nilai, keyakinan, dan perlilaku dari budaya yang anda miliki menjadi lebih positif, logis, dan alami dibanding yang dimiliiki oleh budaya lain. Hal itu juga menjelaskan bahwa bentik dari patriotisme dan keinginan untuk mengorbankan keuntungan dari sebuah kelompok.
Konflik
Konflik berasal dari kata kerja Latin configere yang berarti saling memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya.
Penyebabnya:
• Perbedaan individu, yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan.
• Setiap manusia adalah individu yang unik. Artinya, setiap orang memiliki pendirian dan perasaan yang berbeda-beda satu dengan lainnya. Perbedaan pendirian dan perasaan akan sesuatu hal atau lingkungan yang nyata ini dapat menjadi faktor penyebab konflik sosial, sebab dalam menjalani hubungan sosial, seseorang tidak selalu sejalan dengan kelompoknya.
• Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi-pribadi yang berbeda.
• Seseorang sedikit banyak akan terpengaruh dengan pola-pola pemikiran dan pendirian kelompoknya. Pemikiran dan pendirian yang berbeda itu pada akhirnya akan menghasilkan perbedaan individu yang dapat memicu konflik.
• Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok.
• Manusia memiliki perasaan, pendirian maupun latar belakang kebudayaan yang berbeda. Oleh sebab itu, dalam waktu yang bersamaan, masing-masing orang atau kelompok memiliki kepentingan yang berbeda-beda. Kadang-kadang orang dapat melakukan hal yang sama, tetapi untuk tujuan yang berbeda-beda
• Perubahan-perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam masyarakat.
• Perubahan adalah sesuatu yang lazim dan wajar terjadi, tetapi jika perubahan itu berlangsung cepat atau bahkan mendadak, perubahan tersebut dapat memicu terjadinya konflik sosial
Jenis Konflik
• Menurut Dahrendorf, konflik dibedakan menjadi 4 macam :
• konflik antara atau dalam peran sosial (intrapribadi), misalnya antara peranan-peranan dalam keluarga atau profesi (konflik peran (role))
• konflik antara kelompok-kelompok sosial (antar keluarga, antar gank).
• konflik kelompok terorganisir dan tidak terorganisir (polisi melawan massa).
• konflik antar satuan nasional (kampanye, perang saudara)
• konflik antar atau tidak antar agama
• konflik antar politik.
Akibat Konflik
• Hasil dari sebuah konflik adalah sebagai berikut :
• meningkatkan solidaritas sesama anggota kelompok (ingroup) yang mengalami konflik dengan kelompok lain.
• keretakan hubungan antar kelompok yang bertikai.
• perubahan kepribadian pada individu, misalnya timbulnya rasa dendam, benci, saling curiga dll.
• kerusakan harta benda dan hilangnya jiwa manusia.
• dominasi bahkan penaklukan salah satu pihak yang terlibat dalam konflik.

Hambatan komunikasi atau yang juga dikenal sebagai communication barrier adalah segala sesuatu yang menjadi penghalang untuk terjadinya komunikasi yang efektif. Contoh dari hambatan komunikasi antabudaya adalah kasus anggukan kepala, dimana di Amerika Serikat anggukan kepala mempunyai arti bahwa orang tersebut mengerti sedangkan di Jepang anggukan kepala tidak berarti seseorang setuju melainkan hanya berarti bahwa orang tersebut mendengarkan. Dengan memahami mengenai komunikasi antar budaya maka hambatan komunikasi (communication barrier) semacam ini dapat kita lalui.
Salah satu pengalaman yang dapat saya jadikan contoh adalah ketika awal masuk ke Universitas Multimedia Nusantara. Saya adalah lulusan dari sebuah SMA negeri di Tangerang. Sewaktu SMA sangat jarang sekali saya berteman dengan orang dengan budaya yang beragam, paling hanya berbeda subetnisnya saja senhingga tidak terlalu menjadi hambatan. Awalnya, saya mengalami gegar budaya saat masuk kuliah. Hal itu dikarenakan say tidak terbiasa bergaul dengan orang beretnis tionghoa segmen-A yang notabene menjadi mayoritas di kampus tempat saya kuliah. Itulah salah satu hambatan awal yang melekat dalam diri saya sendiri. Jadilah saya tidak memiliki teman dekat.
Sejak semester satu berlalu, IP saya benar-benar hancur, 2,90. Hal itu yang menyadarkan saya bahwa adalah hal penting memiliki teman dekat yang dapat diajak berbagi. Saya mulai belajar cara beradaptasi untuk bisa bergaul dengan beberapa teman yang saya anggap sepaham dan setujuan. Ternyata bergaul dengan teman yang berbeda budaya tidaklah terlalu sulit. Dengan wawasan yang luas dan kemampuan berlelucon dapat membawa saya lebih dekat dengan mereka. Jadilah pada semester-semester selanjutnya IP saya naik cukup drastis, slalu diatas 3,3.
Ketika saya menjalani keseharian dengan mereka, saya mendapatkan banya pengalaman betapa berpengaruhnya kebudayaan yang kita bawa, dengan cara kita berkomunikasi. Namun hal itu tidak selalu menjadi hambatan. Memang ada sebagian stereotipe maupun prasangka yang benar pada kenyataannya. Tapi dengan saling adanya pengertian, kita akan bisa meluluhkan hambatan-hambatan yang ada. Sebagai seorang muslim, teman-teman saya yang kebanyakan beretnis tionghoa selalu memaklumi waktu-waktu ketika saya shalat ataupun saat sedang menjalankan ibadah puasa. Sikap toleransi mereka ternyata sangat tinggi. Begitu juga sebaliknya.
Tetapi tetap saja, namanya juga anak muda, banyak diantara kami yang masih mencari jati diri. Gesekan-gesekan kecil seperti saling mengejek atau menjelek-jelekkan dengan membawa budaya masing-masing sering sekali kami lakukan. Hal itu tentunya beresiko menimbulkan konflik, tapi hal itu tidak membuat perpecahan karena kami tidak menganggap serius.
Jadi sebenarnya kita tidak perlu mengkhawatirkan hambatan-hambatan yang ada jika kita berkomunikasi dengan orang lain yang berbeda budaya. Asal kita bisa meminimalisir hambatan-hambatan yang ada, potensi terjadinya konflik tentunya akan semakin kecil. Kita hanya perlu me-manage persepsi kita. Banyak-banyak bergaul dan berteman dengan banyak teman dengan beragam latar budaya yang berbeda tentunya akan memperluas wawasan kita tentang konsep multikultural. Apalagi kita tinggal di Indonesia, sebuah negara dengan beragam budaya.


Sesuai kodratnya “ Homo Socius, homo luden, homo economicus dan homo sapien “, manusia tidak dapat hidup sendiri, manusia membutuhkan interaksi untuk memenuhi kebutuhannya.
Manusia dikatakan sebagai mahluk sosial yang memiliki konsekuensi dimana manusia membutuhkan interaksi antara sesamanya. Interaksi dapat terwujud bila terjadi komunikasi.
Tujuan Komunikasi:
• Komunikasi bertujuan untuk kelangsungan hidup, memupuk hubungan dan memperoleh kebahagiaan
• Pengembangan kepribadian
• Eksistensi & aktualisasi diri
• Mengenal diri sendiri dan orang lain
Keuntungan Komunikasi:
• Keefektifan dalam kehidupan pribadi, sosial & profesional.
• Ketrampilan interpersonal sangat penting utk kesuksesan profesi dan hubungan
• Mencegah kekerasan ditempat kerja
• Mengurangi kecelakaan kecil berkaitan dengan medis& memperbaiki komunikasi dokter & pasien
• Berbagai macam pesan secara aktual, melayani tujuan yang penting mengenai saluran komunikasi dan membiarkan satu sama lain untuk mengetahui aturan – aturan normal tentang komunikasi yang akan dilakukan dalam percakapan
• Setiap situasi interpersonal adalah unik dan karena itu bentuk komunikasi yang tepat pada satu situasi mungkin tidak tepat untuk situasi yang lain.
• Apakah anda percaya bahwa bentuk komunikasi atau nonverbal tergantung pada konteks komunikasi secara keseluruhan, tetapi penelitian secara umum menemukan bahwa orang – orang lebih percaya pada pesan – pesan non verbal.

Elemen Komunikasi:
• Source-Receiver
• Encoding-Decoding
• Messages
• Feedback Messages


• Source Receiver
1. Masing – masing orang memformulasikan dan mengirin pesan – pesan (source function) dan juga menerima dan memahami pesan- pesan (receiver functions).
2. Source-receiver sebagai satu kesatuan yg tdk terpisahkan
3. Siapa anda, apa yang anda percaya, apa yang anda nilai, apa yang anda inginkan, apa yang telah anda ceritakan dan apa sikap – sikap anda semua mempengaruhi apa yang anda katakan, bagaimana anda mengatakannya , apa pesan – pesan yg anda terima dan bagaimana anda menerima mereka.
4. Masing –masing orang adalah unik; komunikasi masing – masing orang juga unik.


• Encoding-Decoding
- Encoding mengacu kepada tindakan menghasilkan pesan – pesan ------ sebagai contoh, berbicara – menulis.
- Decoding mengacu pada tindakan memahami pesan ---- sebagai contoh, mendengar dan membaca.

• Message
- Signal – signal yang memberikan stimuli atau rangsangan bagi seorang penerima – seperti yang berhubungan dengan pendengaran ( mendengar), visual ( melihat), tactile (sentuhan), penciuman (mencium) , gustatory ( rasa), atau kombinasi.
- Anda berkomunikasi secara antar pribadi melalui gesture dan sentuhan,dengan kata – kata dan kalimat.

• Feedback
- Melalui proses komunikasi antar pribadi, anda mempertukarkan umpan balik – pesan – pesan dikirim balik ke pembicara mengenai reaksi pada apa yang dikatakan ( Clement & Frandsen, 1976 ).
- Umpan balik memberitahukan pembicara apa akibatnya, apa yang dimiliki oleh pendengar.
- Dasar dari umpan balik, pembicara akan membetulkan, merubah, memperkuat, menekankan kembali , atau merubah isi atau bentuk pesan.


Pola komunikasi antar pribadi dan budayanya

Dalam membina sebuah hubungan antar pribadi, tentulah tidak dengan mudah segera terlaksana. Kita tidak bisa langsung menjadi seorang kekasih, padahal kita baru saja bertemu. Tentu ada tahap- tahap perkenalan, pembicaraan lebih lanjut, baru akhirnya memutuskan untuk bersama. Begitu juga dengan tahap- tahap hubungan interpersonal dalam Univeristas Multimedia Nusantara.
Deskripsi umum tentang pengembangan hubungan, dalam tahap yang bersifat standar :
a. Kontak
Dalam masa kontak ini kita lebih banyak menggunakan alat indra kita. Seperti melihat bagaimana orang tersebut. Pakaian apa yang dia gunakan saat ini. Mendengar apa kata- katanya. Misalnya dengan mengucapkan namanya. Membaui orang tersebut. Dalam interaksi awal inilah, seseorang memutuskan untuk melanjutkan hubungan atau tidak.
Karena pada tahap ini kebanyakan menggunakan alat indra, maka penampilan fisik seseorang sangatlah mendukung keberhasilan tahap pertama ini. Tapi kualitas lainnya seperti sikap bersahabat, kehangatan, keterbukaan, dinamisme juga bisa terungkap. Jika kita menyukai orang tersebut, maka tahapan ini akan berlanjut ke tahapan yang lainnya.
Dalam hubungan sesama karyawan ataupun sesama mahasiswa dapat diketahui bahwa hubungan yang ada selalu berawal dari kontak yang pertama kali. Pada awal perkuliahan, mahasiswa akan mengamati teman- teman kampusnya. Pada awal bekerja, karyawan akan mengamati juga rekan kerjanya. Ia akan menggunakan alat indranya untuk mempresepsi seseorang.
b. Keterlibatan
Inilah tahap pengenalan lebih jauh. Dalam tahap ini kita berusaha untuk lebih mengenal orang lain dan juga mengungkapkan diri kita. Jika pada kekasih, maka kita melakukan kencan.
Dalam suasana kerja di UMN, orang yang awalnya sudah menyukai diawal kontak, maka bisa melanjutkan ketahap ini. Di tahap ini karyawan ataupun mahasiswa mencoba berkenalan lebih jauh. Misalnya dengan mengobrol pada waktu makan siang. Tahap ini membutuhkan kita dan teman kita untuk sedikit membuka diri sehingga bisa saling mengenal satu sama lainnya.
c. Keakraban
Pada tahap ini,kita mengikatkan diri lebih jauh pada orang ini. Kita mungkin membina hubungan primer. Dimana orang tersebut menjadi seseorang yang penting bagi kita. Komitmen ini bisa terwujud dalam berbagai bentuk: perkawinan, membantu orang tersbut, menceritakan rahasia kita. Tahap ini hanya disediakan untuk sedikit orang saja.
Setelah keterlibatan, tentu ada keakraban. Dimana tiap- tiap individu tadi memilih kelompok mana yang sesuai dengan kebutuhannya. Misalnya, dalam mahasiswa ilmu komunikasi sendiri, tentu akan ada beberapa kelompok yang selalu bersama. Didalamnya ada komitmen untuk bisa bersama- sama dan lebih lagi membuka diri.
d. Perusakan
Tahap ini adalah tahap penurunan hubungan. Dimana katan antara kedua pihak mulai melemah. Pada tahap ini kita mulai merasa bahwa hubungan ini mungkin tidaklah sepenting apa yang kita pikirkan sebelumnya. Hubungan yang ada semakin jauh. Semakin sedikit waktu yang dilalui bersama. Saat bertemu, akan cenderung saling bersiam diri. Saat tahap ini berlanjut, maka tahap terakhir yaitu pemutusan akan ada.
Hal ini bisa diakibatkan karena adanya berbagai konflik dalam hubungan tersebut. Dalam kondisi UMN, konflik bisa terjadi karena pengerjaan tugas, karena tekanan atasan, atau karena alasan pribadi.
e. Pemutusan
Tahap pemutusan adalah pemutusan ikatan yang ada dalam dua pihak. Jika bentuk ikatan itu adalah perkawinan, maka bentuk pemutusannya adalah perceraian. Namun, untuk kasus komunikasi di UMN, hal yang mungkin terjadi adalah pemutusan tali persahabatan atau tali pertemanan. Jika dalam mahasiswa, maka mahasiswa tersebut tidak akan pernah bergaul dengan mahasiswa tersebut. Namun, jika dalam karyawan, mungkin mereka tidak akan menerima jika harus bekerja sama.

Culture is communication and communication is culture. (Edward T. Hall)
Perespektif Budaya
Budaya menembus semua bentuk komunikasi, penting utk memahami bahwa hal ini dapat mempengaruhi. Memahami bagaimana komunikasi bekerja dan menguasainya ketrampilan komunikasi. Budaya mempengaruhi semua tipe komunikasi (apa yang akan dkatakan, bagaimana mengatakan). Membutuhkan memahami komunikasi yg efektif dlm berbagai macam situasi budaya ( pekerjaan, kehidupan pribadi, sosial). Kesuksesan tergantung pada pemahaman, kemampuan kom effektif dengan budaya berbeda. Budaya membantu membedakan apa yg benar/tdk benar untuk semua orang dan unttuk orang – orang dalam satu budaya. Memahami bahwa tidak semua kebiasaan – kebiasan harus sama dan diterima. Kita juga tidak harus selalu mengikuti kebiasaan dan budaya kita sendiri .

Power dan Budaya
• Konsep yg merefleksikan derajat yg mana sebuah kebudayaan meyakini bagaimana kekuasaan organisasi/institusi didistribusikan kepada anggota budaya secara seimbang, bagaimana pandangan pemegang kekuasaan ttg pengambilan keputusan apakah menentang/menerima
• Menjelaskan konsep hubungan antar manusia yg ditata berdasar jarak kekuasaan
• Dimensi ada dua : High Power Distance & Low Power Distance
• Adat istiadat keluarga, relasi antar mahasiswa dengan dosen, kaum muda – tua, sistem bahasa, praktek organisasi.

High Power Cullture
• Berdasar pada simbol kekuatan
• Kekuasaan dipusatkan pada sedikit orang
• Menghormati wewenang atau kekuasaan
• Wewenang/kekuasaan diinginkan & menguntungkan
• Bersikap tegas dan berhadapan langsung dipandang negatif
Low Power Culture
• Kekuasaan lebih didistribusikan ke seluruh penduduk
• Meragukan kekuasaan, dianggap berbahaya dan perlu diatasi
• Mengurangi simbol kekuatan
• Persamaan hak/egalitarian

Nilai budaya untuk menanggung resiko dan menghadapi keadaan ambigu karena dapat menjadi suatu ancaman terhadap masyarakatnya.

Power
Communication is power. Those who have mastered its effective use can change their own experience of the world and the world’s experience of them. (Anthony Robbins)

Prinsip-prinsip Power
• Beberapa orang lebih memiliki power daripada yang lain
• Power bisa bertambah atau berkurang
• Power mengikuti prinsip kepentingan
• Power memiliki dimensi budaya

Dalam hubungan interpersonal, tentu dipengaruhi oleh budaya apa yang berkembang dalam lingkungan tersebut. Penulis membagi budaya di UMN menjadi:
a. Dari segi context culture
• High context culture
Ini ditandai dengan prosedur pengalihan informasi yang lebih sukar, tidak memisahkan isu orang yang mengkomunikasikan. Mengutamakan relasi sosial dalam melaksanakan tugas. Berorientasi pada sosial dan relasi yang terjadi cenderung personal. Pada mayarakat yang menganut high context culture, mereka tidak menyukai indormasi yang rasional karena lebih mengutamakan emosi.
• Low context culture
Ini ditandai dengan prosedur pengalihan informasi yang lebih gampang. Ada perbedaan yang jelas antara isu dan orang yang mengkomunikasikan isu. Relasi yang ada juga terbangun daru relasi tugas. Relasi yang berkembang tidak bersifat personal. Masyarakat ini lebih menyukai informasi yang rasional.
Dari segi budaya ini, Universitas Multimedia Nusantara lebih cenderung kepada budaya yang high conteks. Hal ini didukung dengan sangat tingginya kepedulian terhadap orang lain, dan siapa yang mengatakan hal itu. Bawahan tidak akan dengan mudah membagikan informasi dikarenakan adanya perbedaan jabatan, ini diatur dalam keorganisasian. Sehingga bawahan akan cenderung merasa tidak enak kepada atasannya dalam mengemukakan pendapat.
Dalam hubungan sesama mahasiswa juga yang digunakan adalah high conteks, karena mahasiswa juga cenderung lebih memntingkan perasaan orang yang diajak bicara dari pada informasi itu sendiri. Hal ini tentu sedikit menyusahkan, karena kita harus lebih memperhatikan sisi sosialnya dari pada sisi tugas yang sebenarnya.
Dalam hubungan dosen- mahasiswa juga terdapat pengaruh budaya ini, sehingga mahasiswa ataupun dosen akan cenderung mengutamakan aspek sosial yang akan terjadi. Misalnya seseorang akan sakit hati jika terjadi hal tersebut. Dalam hubungannya juga banyak terjadi basa- basi dalam memulai sebuah komunikasi.
b. Dari budaya maskulin atau feminim
• Budaya maskulin
Budaya ini mensosialisasikan dirinya untuk ambisius dan competitif. Dalam budaya ini seseorang melawan konflik secara langsung. Hal ini terjadi karena laki- laki dianggap tegas dan kuat serta berorientasi pada kesuksesan material. Dalam konflik, strategi yang digunakan adalah strategi menang kalah. Reward pekerjaan berdasarkan kepada seberapa kontribusi atau prestasi kerja seseorang. Dalam hal ini, orang dinilai berdasarkan tampilan.
• Budaya feminim
Budaya ini menitikberatkan dalam kualitas hidup. Seseorang didorong untuk rendah hati. Jadi intinya adalah menitik beratkan kepada hubungan personal. Kompromi dan perundingan menjadi jalan keluar dalam menghadapi konflik. Reward yang ada berdasarkan kebutuhan. Dalam budaya ini cenderung menghargai sesama dan akan simpati pada orang yang kekurangan.
Dalam hubungan sesama karyawan budaya feminimlah yang digunakan. Ini terbukti dengan kompromi dan perundinganlah yang dititik beratkan dalam hubungan personal. Dalam hubungan karyawan, mereka cenderung menghargai sesama dan simpati kepada orang lain.
Dalam hubungan sesama mahasiswapun yang terjadi adalah budaya feminim. Hal ini diperkuat dengan banyaknya yang menganggap bahwa iklim budaya yang ada di UMN adalah iklim budaya yang kekeluargaan. Jadi masing- masing dari mereka cenderung menghargai satu sama lain dari pada persaingan atau berkompetensi. Hal ini dikarenakan banyaknya orang yang cenderung memikirkan dan bersimpati kepada orang lain dari pada menganggap kegagalan orang lain adalah keuntungan baginya.
Budaya feminis juga terinternalisasi dalam hubungan dosen- mahasiswa dan pimpinan- karyawan. Hal ini terbukti dengan penghargaan satu sama lain dan kerendahan hati satu sama lain dalam pemahaman. Misalnya dosen mencoba berlapang dada melihat mahasiswa yang sedikit menyalahi aturan. Begitu juga dengan pimpinan yang sedikit memberikan toleransi kepada karyawan yang berbuat salah. Hal ini tidak bisa juga dipisahkan dari budaya dari Jawa yang dibawa oleh kelompok Kompas Gramedia, budaya jawa cenderung lebih feminis.

Listening
Orang sukses lebih banyak mendengarkan daripada berbicara...

Proses mendengarkan ada 5: receiving, understanding, remembering, evaluating, responding. Dalam mendengarkan, kita tidak hanya memperhatikan apa yang orang lain katakan, tetapi juga memberikan feedback. Proses mendengarkan bersifat sirkular. Mendengarkan bukan proses mentransfer ide dari pemikiran pembicra ke pendengar, tapi sebuah proses dimana pembicara dan pendengar bekerjasama untuk mencapai persamaan pengertian.

Tujuan Listening
• Learn
• Relate
• Influence
• Play
• Help

Stages of Listening
1. Receiving
Receiving fokus pada isyarat verbal dan nonverbal serta fokus pada pembicara. Mendengarkan dimulai dengan proses menerima pesan apa yang pembicara sampaikan. Hearing merupakan proses awal dari listening. Hearing bersifat mindless, listening bersifat mindful.
2. Understanding
Tingkat dimana kita harus memahami emosi dan pikiran yang diekspresikan pembicara. Kita harus menghindari subjektivitas, lihat pesan dari sudut pandang pembicara. Ajukan pertanyaan untuk meminta penjelasan, kemudian menafsir ide-ide pembicara dengan kata-kata kita sendiri.
3. Remembering
Keefektifan dari proses mendengar itu tergantung dari remembering. Kita memiliki kapasitas memori jangka pendek yang terbatas dan memori jangka panjang yang tak terbatas. Agar informasi yang kita dapat bisa masuk ke dalam memori jangka panjang, kita dapat mengindentifikasi gagasan utamanya, merangkum pesan, dan mengulang konsep yang penting.
4. Evaluating
Evaluasi adalah menilai pesan dengan cara: mencoba untuk mengevaluasi niat pembicara, atau motif yang mendasarinya. Saran dalam mengevaluasi sebuah pesan: menahan evaluasi hingga kita benar-benar mengerti, membedakan fakta dari opini, serta kenali prasangka.
5. Responding
Responding terjadi dalam 2 fase: tanggapan ketika pembicara sedang berbicara, dan ketika pembicara selesai berbicara. Responnya berupa feedback. Dukung pembicara dengan memberikan isyarat, bertanggung jawab dengan apa yang kita katakan, dan mencegah tanggapan dengan perasaan lain (subjektif).
Listening Power
• Listen Actively
• Respond Visibly but in Moderation
• Maintain Focused Eye Contact
• Resist Adaptors
• Maintain Open Posture
• Avoid Interrupting
• Engage in Visual Dominance Behavior

Verbal Messages
“It is not only true that the language we speak puts words in our mouths, it also puts notions in our heads.”

Nonverbal Messages
What we learn only through the ears makes less impression upon our minds than what is presented to the trustworthy eye.
Fungsi Komunikasi Nonverbal
• Impression Management
• Forming and Defining Relationships
• Structuring Conversation and Social Interaction
• Influence
• Emotional Expression

Types of Nonverbal
• Body Communication
• Facial Communication
• Eye Communication
• Touch Communication
• Paralanguage
Nonverbal Power
• Respond in Kind to Eye Flashes
• Avoid Adaptors
• Use Consistent Packaging
• Select Easily Accessible Chair
• Exert Firmer than Usual Handshake
• Walk Slowly and Deliberately
• Dress Relatively Conservatively
• Use Appropriate Facial Expressions and Gestures
• Maintain Eye Contact
• Avoid Vocalized Pauses
• Maintain Reasonably Close Distances

Teori Pengembangan Hubungan
• Attraction Theory
o Orang Membangun hubungan karena adanya ketertarikan.
o Kita pasti menjalin relasi dengan orang-orang yang visi dan misinya sama.
o Harus ada kesamaan, kedekatan, faktor fisik, personality, SES, dan pendidikan.
o Yang membuat orang tertarik: faktor fisik, kepribadian, proximity.
o Matching Hypothesis: orang bergaul dan membina hubungan dengan orang-orang yang sangat mirip dengan mereka dalam hal daya tarik fisik.
o Complementary: orang-orang tertarik membina hubungan dengan orang yang tak serupa.
• Social Exchange Theory
o Membangun hubungan untuk mendapatkan keuntungan.
o Melihat teori ini pada konteks ekonomi.
o Memelihara hubungan ini jika reward labih besar dari cost.
o Profits = Rewards – costs
• Comparison Level
o Equity Theory
 Orang berusaha menciptakan atau mempertahankan kondisi keadilan.
 Bila mengalami kondisi ketidak adilan, timbul ketegangan yang memotivasi orang untuk mengurangi atau menghilangkan ketidakadilan.
 Makin besar persepsi terhadap ketidakadilan, makin besar motivasi untuk bertindak mengurangi ketegangan tadi.
• Social Penetration Theory
o Analogi Bawang
o Tahap penetrasi social:
 Orientasi: membuka sedikit tentang diri kita kepada orang lain.
 Pertukaran penjajakan efektif: munculnya kepribadian seseorang.
 Pertukaran afektif: komunikasi yang spontan, penggunaan idiom pribadi.
 Pertukaran stabil: komunikasi yang efisien, dibangun sistem komunikasi interpersonal.
Love Types
• Eros - Beauty and Sexuality
• Ludus - Entertainment and Excitement
• Storge - Peaceful and Slow
• Pragma - Practical and Traditional
• Mania - Elation and Depression
• Agape - Compassionate and Selfless

Dalam menjalankan hubungan pacaran, saya lebih menekankan pada equity theory karena pada dasarnya menjalin cinta didasari pada ketulusan. Sehingga, perasaan yang diberikan oleh kedua belah pihak adalah murni, tanpa adanya pamrih seperti pada social exchange theory. Contohnya, saat saya sedang jalan dengan pacar saya, tidak ada perhitungan untuk soal bayar-membayar ongkos atau biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan yang kita lakuakn bersama. Begitu juga soal perasaan dan kasih saying, kami pun sama-sama saling memberi, mendukung untuk semangat, dan menjaga kepercayaan satu sama lain.
Cinta yang saya miliki adalah tipe Storge. Karena saya adalah orang yang “plegmatis,” yang saya butuhkan dalam sebuah hubungan adalah kedamaian dan kestabilan. Jadi saya sangat-sangat menghargai adanya saling percaya dan setia.
Daftar Pustaka

http://communicareinstitute.blogspot.com/2009/01/komunikasi-antarpribadi.html
http://communicareinstitute.blogspot.com/search/label/Kliping%20Komunikasi
http://kuliah.dagdigdug.com/2008/04/22/pengertian-komunikasi-antar-pribadi-kap-dan-faktor-faktor-yang-mempengaruhi-kap/
http://www.lusa.web.id/komunikasi-antar-pribadi-interpersonal-communication/
http://www.tomita.web.id/download/terjemahan.pdf
http://kuliah.dagdigdug.com/2008/06/14/memahami-hubungan-antarpribadi/
http://students.ukdw.ac.id/~22033132/komputer%20masyarakat/pengertian.html
http://students.ukdw.ac.id/~22033132/komputer%20masyarakat/contoh.html
http://www.um-pwr.ac.id/web/artikel/317-manajemen-konflik-sebagai-upaya-meningkatkan-kinerja.html
http://oktifauzi.multiply.com/reviews/item/2
http://apadefinisinya.blogspot.com/2007/12/komunikasi.html
Bungin, Burham. 2008. Sosiologi Komunikasi. Jakarta: Kencana.
Mulyana, Deddy. Ilmu Komunikasi, Suatu Pengantar. Rosda:2005.
Handout Interpersonal Communication
Handout Psikologi Komunikasi
Handout Komunikasi Antar Budaya
Handout Komunikasi Organisasi

Pertamina dan Hubungannya dengan Publik dan Bumi

Pertamina dan Hubungannya dengan Publik dan Bumi

“Corporate communication is managing an organization's internal and external communications.”
Berdasarkan definisi di atas, dapat kita ketahui bahwa Corporate Communicatios adalah sebuah divisi dari sebuah perusahaan yang mengatur segala hal yang ada di dalam dan di luar perusahaan yang menyentuh baik langsung maupun tidak langsung dengan perusahaan.
Sebagai seorang praktisi junior di bidang corporate communications yang ditunjuk menjadi corporate communications executive dari perusahaan BUMN terbesar dan terkemuka di Indonesia, Pertamina, saya akan memberikan ide yang lebih segar demi kelanjutan perusahaan dan menjaga citra serta reputasi perusahaan. Pertamina sudah melakukan evolusi yang cukup baik dibandingkan BUMN-BUMN yang lain.
PT Pertamina (Persero) (dahulu bernama Perusahaan Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Negara) adalah sebuah BUMN yang bertugas mengelola penambangan minyak dan gas bumi di Indonesia. Pertamina adalah Badan Usaha Milik Negara yang telah berubah bentuk menjadi PT. Persero yang bergerak di bidang energi, petrokimia dan usaha lain yang menunjang bisnis Pertamina, baik di dalam maupun di luar negeri yang berorientasi pada mekanisme pasar.
Pertamina pernah mempunyai monopoli pendirian SPBU di Indonesia, namun monopoli tersebut telah dihapuskan pemerintah pada tahun 2001. Perusahaan ini juga mengoperasikan 7 kilang minyak dengan kapasitas total 1.051,7 MBSD, pabrik petrokimia dengan kapasitas total 1.507.950 ton per tahun dan pabrik LPG dengan kapasitas total 102,3 juta ton per tahun.
Pertamina adalah hasil gabungan dari perusahaan Pertamin dengan Permina yang didirikan pada tanggal 10 Desember 1957. Penggabungan ini terjadi pada 1968. Direktur utama (Dirut) yang menjabat saat ini adalah Karen Agustiawan. Pelantikan Karen Agustiawan ini mencatat sejarah penting karena ia menjadi wanita pertama yang berhasil menduduki posisi puncak di perusahaan BUMN terbesar milik Indonesia itu.
Kegiatan Pertamina dalam menyelenggarakan usaha di bidang energi dan petrokimia, terbagi ke dalam sektor Hulu dan Hilir, serta ditunjang oleh kegiatan anak-anak perusahaan dan perusahaan patungan.

Visi Pertamina:
Menjadi perusahaan unggul, maju dan terpandang ( To be respected leading company ).
Misi Pertamina:
• Melakukan usaha dalam bidang energi dan petrokimia.
• Merupakan entitas bisnis yang dikelola secara profesional, kompetitif dan berdasarkan tata nilai unggulan.
• Memberikan nilai tambah lebih bagi para pemegang saham, pelanggan, pekerja dan masyarakat, serta mendukung pertumbuhan ekonomi nasional.
Perubahan yang baru ini tentunya mempengaruhi Corporate ID secara keseluruhan. Mulai dari logo, produk, pelayanan, bahkan hingga ke SPBU-SPBUnya di seluruh pelosok negeri. Pertamina sangat concern akan hal ini karena masuknya competitor yang cukup mumpuni di mata dunia.
All organisations have an identity
But
Not all organisations choose to manage it
And
Not all organisations develop their identities into a brand
Semua organisasi memiliki identitas. Namun, tidak semua organisasi memilih untuk mengatur hal tersebut. dan tidak semua organisasi mengembangkan identitas mereka melalui sebuah brand. Sadar akan hal itu, Pertamina mulai membangun citra dan reputasi positif perusahaan melalui perubahan identitas yang sangat fundamental. Setidaknya ada empat perubahan drastis dari Pertamina:
1. Logo Pertamina dari gambar kuda laut dan bintang ke “P” dengan warna biru, merah, hijau.
2. Produk-produk pertamina yang lebih di tonjolkan lagi, seperti jenis bensin Pertamax dan Pertamax Plus, Bio Diesel, serta pelumas-pelumas yang lebih ditingkatkan lagi kualitasnya.
3. Pelayanan yang optimal dari Pertamina dicerminkan oleh motto “3S” (Senyum, Salam, Sapa) dan “Dimulai daari Nol” untuk menjaga kredibilitasnya.
4. SPBU yang distandarisasi menjadi “Pasti Pas” melalui lembaga independen untuk meningkatkan kualitas di seluruh POM Bensin di Indonesia.






Memang pada awalnya perubahan corporate identity Pertamina tersebut berdampak sangat positif bagi citra dan reputasi perusahaan. Namun, belakangan Pertamina kurang konsisten menjaga standar mutunya. Seperti berkurangnya pelayanan 3S, buruknya SPBU yang telah mendapatkan sertifikasi Pasti Pas, hingga isu naiknya harga BBM bersubsidi. Memang, para kompetitor agaknya kurang berhasil untuk bersaing dengan Pertamina. Contohnya saja, banyak pom-pom Petronas yang gulung tikar, Shell yang masih saja sepi, serta Total yang belum bisa menggaet konsumen Indonesia. Tetapi tidak seharusnya Pertamina harusnya tidak nyaman-nyaman saja dengan kondisi seperti itu. Pertamina harus tetap menjaga kredibilitas dan popularitasnya di mata public strategisnya, terutama konsumen. Untuk itu, saya sebagai corporate communication executive Pertamina ingin menjalankan program-program untuk dapat mempertahankan, memperbaiki, dan mengembangkan citra dan reputasi yang dimiliki perusahaan.
Berikut beberapa pengertian dan fungsi dari corporate communications:
 Corporate communications should be regarded as a new vision of the role of communication both within the organization and the interrelationships between the organization and its environment.
 Corporate communication is not a new profession but a new way of looking at communication management.
 Attention will have to paid to the sciences of strategic management, organization, psychology and to the development of an inter~disciplinary frame work for tackling communication problems .
 To formulate and execute effective procedures in order to facilitate decision-making about matters concerning ‘the way’ of communication and communicating.
 The Total Communications Domain

 The structure of the internal communication


• The structure of the internal communication


Dari beberapa teori di atas, dapat kita ketauhi bahwa rana corporate communicatios sangatlah banyak. Untuk itu, saya akan mebagi beberapa program saya dalam tiga bagian, jangka pendek, menengah, dan panjang agar semua dapat terkontrol dengan baik. Berikut program-program yang akan saya jalankan.
1. Jangka Pendek
Dalam program jangka pendek ini, saya akan berfokus pada pelayanan untuk komunikasi eksternal. Customer Relations dan Investor Relations akan menjadi prioritas untuk satu sampai dua tahun ke depan.
a. Customer Relations
Pada dasarnya hubungan antara perusahaan dengan konsumen sudah cukup membaik, bahkan sangat baik dibandingkan dengan yang dulu. Citra dan reputasi Pertamina sebelumnya sangatlah buruk di mata konsumen. Mulai dari takaran yang tidak pas, begitu banyak kecurangan, petugas SPBU yang arogan, sampai fasilitas yang kurang memadai di setiap pom. Namun, sekarang yang terjadi adalah sebaliknya. Dengan “Senyum, Salam, Sapa”, yaitu program pelayanan yang telah mengubah citra perusahaan yang digalakkan oleh garda terdepan Pertamina, petugas SPBU, menjadi lebih positif di mata konsumen. Oleh karena itu, saya akan tetap mempertahankan pelayanan tersebut. hanya saja perusahaan harus lebih tegas lagi kepada para petugas untuk lebih giat menjalankan program 3S.
Untuk tetap menjaga standar mutu, perusahaan juga harus tegas dalam memberlakukan peraturan dengan lembaga independen yang menentukan apakan sebuah SPBU layak atau tidak untuk diberikan sertifikat Pasti Pas. Cukup banyak SPBU yang sbenarnya sangat tidak layak untuk mendapatkan sertifikat Pasti Pas saat ini, seperti salah satu SPBU di bilangan Karawaci. SPBU tersebut masuh menggunakan mesin “jadul” yang berpotensi adanya kecurangan dan para petugasnya pun tidak melaksanakan 3S serta masih terlihat arogan, bahkan bensin Pertamax Plus pun tidak ada. Karena itu, untuk tahun-tahun kedepan tidak aka nada lagi SPBU “jelek” yang mendapatkan sertifikat Pasti Pas karena proses penilaian akan lebih ketat lagi.
Program Customer Relations harus dipertahankan dan diperbaiki dalam waktu dekat agar para konsumen tidak lari ke kompetitor karena tidak seragamnya pelayanan yang diberikan oleh tiap SPBU. Jika perlu, pelayanan semua SPBU diseragamkan dengan pelayanan yang diberikan olehh SPBU yyang ada di Rest Area tol Jakarta-Tangerang yang merupakan SPBU terbaik di Indonesia.
b. Investor Relations
Untuk yang satu ini, saya akan lebih memberikan perhatian kepada para investor pada program jangka pendek karena investasi biasanya diperhitungkan setiap tahun. Para investor sangat menginginkan investasi mereka memberikan profit yang besar. Investor/Financial Relations harus berfookus pada kepentingn stockholders dan stakeholders. Itu adalah sebuah hokum, dan dibayar dengan dividen.
Perusahaan akan lebih transparan lagi dalam pengelolaan keuangan agar investor percaya dan mau berinvestasi. Apalagi Pertamina adalah BUMN dan BUMN selalu lekat dengan image sarang korupsi. Perusahaan harus menghilangkan image tersebit dari pikiran konsumen dan mengubah mindset mereka karena Pertamina bukanlah BUMN biasa melainkan BUMN yang sudah berskala internasional dan sudah menjauhi praktek-praktek korupsi demi kemaslahatan bangsa.
2. Jangka Menengah
Untuk program jangka menengah, saya akan berfokus pada government relations, employee relations, dan media relations. Ketiga program komunikasi terpenting setelah customer relations ini akan membawa perusahaan pada kestabilan untuk jangka waktu lima tahun ke depan.
a. Government Relations
Membangun hubungan yang berarti dengan pemerintah terkait adalah sangat mendasar bagi kesuksesan sebuah indurstri pada dunia politik saat ini. Lobbying, merupakan sebuah cara yang legal untuk memengaruhi wakil rakyat keberlalngsungan sebuah industry. Sementara Public Affairs, merupakan sikap terhadap isu-isu controversial dari kepentingan public yang diperlukan untuk kesuksesan bisnis saat ini.
Untuk itu, perusahaan akan berupaya dengan sebaik mungkin untuk penjalin hubungan yang baik dengan pemerintah dengan cara melobi mereka supaya perusahaan dapat diberikan keleluasaan dalam menjalankan aktifitasnya, terutama sebagai BUMN yang mengurusi hajat hidup orang banyak. Hubungan dengan pemerintah, termasuk para wakil rakyat, tidak boleh luput sedikitpun dari perhatian perusahaan. Lobi-lobi penting harus sukses untuk goal.
Sementara untuk Public Affairs, perusahaan harus mampu menanganinya secara tenang karena menyangkut urusan public hingga ke seluruh Indonesia. Apalagi jika sudah menyangkut isu kenaikan harga BBM bersubsidi. Public pasti tidak akan menyetujui hal tersebut, walaupun bagi perusahaan itu adalah keputusan yang sulit. Jika hubungan perusahaan dengan pemerintah berjalan dengan baik, maka beban perusahaan salam hal itu tidak akan terlalu berat karena tidak perlu menanggung beban seluruhnya.
b. Employee Relations
Komunikasi internal adalah kuncinya: dengan mengetahui para pekerja bahwa mereka senang dan menyebarkan berita yang baik melalui teman-teman dan keluarga mereka. Jangan mengejutkan para pekerja, buat mereka menjadi bagian dari proses perencanaan dan menjaga mereka tetap diberikan informmasi.
Saya akan lebih melibatkan para karyawan mulai dari tingkat board of director hingga para pekerja di SPBU untuk menjalankan program-program perusahaan. peningkatan SDM juga akan dilakukan demi menghadapi persaingan global yang sangat sulit. Perusahaan akan banyak memberikan penghargaan bagi karyawan-karyawan yang berprestasi guna memacu mereka bersaing untuk menjadi lebih baik. Pelatihan-pelatihan serta refreshing juga rutin diberikan kepada mereka agar loyalitas tetap tinggi.
c. Media Relations
Menjalin hubungan yang baik dengan media merupakan hal terpenting agar isu-isu mengenai perusahaan dapat teratasi dengan baik karena Pertamina merupakan perusahaan yang dimiliki public juga. Selain itu, nilai berita yang selalu tinggi yang dimiliki perusahaan dapat dimanfaatkan untuk mendapatkan publisitas dari media-media baik cetak maupun elektronik yang ada di Indonesia. Dengan begitu, citra yang dibangun perusahaan akan hamper selalu baik.
Media gathering merupakan salah satu sarana yang cukup efektif untuk dapat mengambil hati media. Mungkin media akan menjadi lebih subjektif dan akan lebih mendukung perusahaan, tapi itu adalah hal yang baik bagi perusahaan. Selain itu, perusahaan akan lebih banyak mengadakan acara-acara yang melibatkan media setiap tahunnya agar mereka merasa dekat dengan perusahaan.
3. Jangka Panjang
Program-program yang dijalankan untuk jangka panjang tentunya akan mengarah pada masa depan. Saya akan lebih memprioritaskan pada program CSR (Corporate Social Responsibility) dan RD (Research and Development) untuk kesejahteraan bangsa sebagai Badan Usaha Milik Negara yang menguasai hajat hidup orang banyak. Untuk program CSR, mungkin akan saman dengan program-program CSR yang dijalankan oleh perusahaan-perusahaan besar yang lain. Namun, sejalan dengan berjalannya program CSR, perusahaan juga akan terus menemukan dan mengembangkan sumber energy alternative yang lebih ramah lingkungan. Disamping karena bahan bakar yang berasal dari minyak bumi akan segera habis dalam jangka wakti 10-15 tahun ke depan, Pertamina juga akan melakukan pembaharuan tersebut sebagai pelopor dunia yang mampu menjadi pionir dalam pengembangan teknologi yang memungkinkan dunia perminyakan tidak lagi merusak bumi, malah menjaga bumi serta menyejahterakan rakyat. Dengan bahan bakar yang berasal dari sumber nabati, perusahaan akan bekerjasama dengan bidang pertanian yang tentunya akan dapaat lebih banyak menyerap tenaga kerja dibandingkan pengolahan minyak yang berasal dari dalam bumi. Pertamina, akan menjalankan program yang berkesinambungan antara perusahaan dengan masyarakat, agar bisa bersahabat dengan publik dan bumi.