Sunday, 14 November 2010

Pola Komunikasi Kerajaan Sriwijaya

Ilmu komunikasi sebagai ilmu murni (pure science) dan sebagai ilmu terapan (applied science). Berkomunikasi adalah hakikat kehidupan manusia dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya.
Secara ideal bobot orientasi ilmu komunikasi lebih terarah kepada sikap perilaku komunikator, karena komunikator merupakan tolok ukur berhasil tidaknya tujuan komunikasi. Komunikator harus berorientasi kepada kondisi psikologis komunikan. Kondisi psikologis ini meliputi lingkup pandangan (frame of reference), lingkup pengalaman (field of experience) dan kesemestaan alam mental (the image of the other).
Telusuran sejarah memberi gambaran bahwa sistem komunikasi pada masa kerajaan tertua di Indonesia menampakkan karakter tertutup. Arus komunikasi vertikal mengalir dari atas ke bawah yang berisi pesan-pesan komunikasi untuk membentuk sikap rakyat kerajaan mengkultuskan dan memithoskan raja. Proses komunikasi horizontal dalam masyarakat sebatas pemenuhan kebutuhan sehari-hari, kalaupun ada yang berkait dengan kehidupan pemerintahan hanya sebatas ketaatan terhadap raja dan kepatuhan melaksanakan dogma agama. (Hindu).
Pada kerajaan Sriwijaya di Sumatera sebagai profil maritim, sistem komunikasi ditata secara teratur menurut sistem maritim. Kemasan Komunikasi mengalir melalui kota-kota pelabuhan.
Sistem komunikasi kerajaan Sriwijaya menggunakan konsep keterbukaan (tradisi diplomasi) melalui jalinan komunikasi perdagangan. Diperkuat dengan pusat kegiatan agama Budha yang berlevel (tingkat) Global berada pada kerajaan ini.
Selain profil maritim terdapat juga profil agraris sebagaimana kerajaan-kerajaan yang ada di Jawa. Kerajaan Mataram sebagai salah satu profil agraris muncul dengan keteraturan birokrasinya. Sistem komunikasi tersusun rapi menurut jenjang birokrasi.

Sosok profil agraris yang lebih maju dari Mataram yaitu kerajaan Majapahit. Kerajaan ini termasuk kerajaan terbesar di Indonesia yang pada waktu itu memiliki luas hampir seluas Indonesia sekarang. Tatanan birokrasi lebih teratur dan lebih rinci. Dari susunan birokrasi, tampak bahwa sistem komunikasi kerajaan Majapahit lebih rapi dan alur komunikasi berlangsung menurut alur struktur birokrasi. Komunikasi dalam kehidupan masyarakat menampakkan sifat keterbukaan walaupun dalam batas-batas tertentu sesuai peraturan kerajaan.
Banyak konsep-konsep produk kerajaan Majapahit menjadi rujukan generasi saat ini, antara lain istilah Palapa A dan B bahkan C sebagai sistem satelit domestik yang diilhami oleh Sumpah Palapa Mahapatih Gajah Mada. Kemudian buah pikir Mpu Tantular dengan Bhineka Tunggal Ika-nya menjadi seloka lambang negara kita.
Sistem komunikasi yang lebih sempurna dari kerajaan-kerajaan sebelumnya terdapat pada sistem komunikasi kerajaan Mataram II. Dari susunan birokrasi ada sifat keterbukaan komunikasi yang menunjukkan bahwa Mataram II setelah masuk Islam muncul sebagai kerajaan yang lebih maju dari kerajaan-kerajaan sebelumnya.

Kelompok kami akan membahas kerajaan Sriwijaya.
Sriwijaya adalah kerajaan Melayu kuno di pulau Sumatra yang banyak berpengaruh di Nusantara. Bukti awal mengenai keberadaan kerajaan ini berasal dari abad ke-7; seorang pendeta Tiongkok, I-Tsing, menulis bahwa ia mengunjungi Sriwijaya tahun 671 selama 6 bulan. Prasasti pertama mengenai Sriwijaya juga berada pada abad ke-7, yaitu Prasasti Kedukan Bukit di Palembang, Sumatra, pada tahun 683. Kerajaan ini mulai jatuh sekitar tahun 1200 - 1300 karena berbagai faktor, termasuk ekspansi kerajaan Majapahit. Dalam bahasa Sansekerta, sri berarti "bercahaya" dan wijaya berarti "kemenangan".

Setelah Sriwijaya jatuh, kerajaan ini terlupakan dan sejarawan tidak mengetahui keberadaan kerajaan ini. Eksistensi Sriwijaya diketahui secara resmi tahun 1918 oleh sejarawan Perancis George Coedès dari École française d'Extrême-Orient. Sekitar tahun 1992 hingga 1993, Pierre-Yves Manguin membuktikan bahwa pusat Sriwijaya berada di Sungai Musi antara Bukit Seguntang dan Sabokingking.
Telusuran sejarah memberi gambaran bahwa sistem komunikasi pada masa kerajaan tertua di Indonesia menampakkan karakter tertutup. Arus komunikasi vertikal mengalir dari atas ke bawah yang berisi pesan-pesan komunikasi untuk membentuk sikap rakyat kerajaan mengkultuskan dan memithoskan raja. Proses komunikasi horizontal dalam masyarakat sebatas pemenuhan kebutuhan sehari-hari, kalaupun ada yang berkait dengan kehidupan pemerintahan hanya sebatas ketaatan terhadap raja dan kepatuhan melaksanakan dogma agama. (Hindu).
Pada kerajaan Sriwijaya di Sumatera sebagai profil maritim, sistem komunikasi ditata secara teratur menurut sistem maritim. Kemasan Komunikasi mengalir melalui kota-kota pelabuhan.
Sistem komunikasi kerajaan Sriwijaya menggunakan konsep keterbukaan (tradisi diplomasi) melalui jalinan komunikasi perdagangan. Diperkuat dengan pusat kegiatan agama Budha yang berlevel (tingkat) Global berada pada kerajaan ini.
Selain profil maritim terdapat juga profil agraris sebagaimana kerajaan-kerajaan yang ada di Jawa. Kerajaan Mataram sebagai salah satu profil agraris muncul dengan keteraturan birokrasinya. Sistem komunikasi tersusun rapi menurut jenjang birokrasi.
Banyak konsep-konsep produk kerajaan Majapahit menjadi rujukan generasi saat ini, antara lain istilah Palapa A dan B bahkan C sebagai sistem satelit domestik yang diilhami oleh Sumpah Palapa Mahapatih Gajah Mada. Kemudian buah pikir Mpu Tantular dengan Bhineka Tunggal Ika-nya menjadi seloka lambang negara kita.
Sistem komunikasi yang lebih sempurna dari kerajaan-kerajaan sebelumnya terdapat pada sistem komunikasi kerajaan Mataram II. Dari susunan birokrasi ada sifat keterbukaan komunikasi yang menunjukkan bahwa Mataram II setelah masuk Islam muncul sebagai kerajaan yang lebih maju dari kerajaan-kerajaan sebelumnya.
Jadi pada intinya kerajaan Sriwijaya lebih bersifat hirarki. Dimana para rakyatnya masih mendengarkan raja sebagai satu suara yang mutlak. Feedback yang diberikan itupun tidak mempunyai dampak besar dari rakyat ke kerajaan. Dan juga dogma agama Hindu yang mengharuskan mereka mendengarkan orang yang dipercayanya sebagai ‘raja’.

No comments:

Post a Comment